Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi pada pekan lalu, dan sejumlah analis Wall Street meyakini bahwa logam mulia ini masih memiliki potensi untuk melanjutkan reli. Kekhawatiran terhadap resesi global serta ketegangan perang dagang yang belum mereda membuat investor terus mencari aset aman (safe haven), dan emas menjadi pilihan utama.
“Alokasi emas yang cukup telah terbukti menjadi pelindung yang efektif di tengah ketidakpastian perdagangan,” ujar Mark Haefele, Chief Investment Officer UBS Global Wealth Management, seperti dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (17/4/2025).
Ia menambahkan, meskipun harga telah melonjak signifikan, pihaknya masih melihat ruang kenaikan yang luas. UBS bahkan memperkirakan harga emas dapat menyentuh level US$3.500 per troy ounce pada akhir tahun. Sebagai informasi, harga emas tercatat ditutup di level US$3.341 per ons pada Kamis lalu.
Dukungan dari Asia dan Potensi Lonjakan Lanjutan
Lina Thomas bersama tim analis Goldman Sachs juga masih menilai emas sebagai instrumen yang sangat menarik untuk dimiliki. Menurut mereka, reli harga saat ini bersifat struktural dan tidak terlalu sensitif terhadap risiko likuidasi jangka pendek.
Salah satu pendorong utama kenaikan harga emas belakangan ini adalah pembelian besar-besaran dari sektor resmi Asia, khususnya People’s Bank of China (Bank Sentral China). Thomas memperkirakan, jika tren ini terus berlanjut, harga emas dapat menembus US$3.700/toz pada akhir tahun.
Bahkan dalam skenario resesi global, arus masuk ke ETF emas diprediksi akan melonjak drastis, mendorong harga emas hingga US$3.880 per troy ounce.
Namun, Ada yang Masih Menunggu
Di sisi lain, beberapa analis tetap berhati-hati. Penurunan pasar saham baru-baru ini membuat sebagian investor berpikir dua kali sebelum masuk ke pasar emas saat ini.
Michael Gayed, penerbit Lead-Lag Report, menyampaikan bahwa volatilitas pasar saham dapat memicu margin call bagi investor, dan dalam kondisi seperti itu emas bisa dijual sebagai sumber likuiditas.
“Saya tidak percaya bahwa emas sedang berada dalam fase bearish, tapi kalau Anda ingin masuk secara taktis, mungkin sebaiknya menunggu waktu yang lebih tepat,” katanya dalam wawancara bersama Yahoo Finance Live.