Dolar AS Terjun Bebas! Pasar Panik Usai Trump Isyaratkan Pemecatan Ketua The Fed

3 Min Read

Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) anjlok tajam pada awal pekan ini, Senin (21/4), seiring meningkatnya ketidakpastian di kalangan investor terhadap stabilitas ekonomi AS.

Sentimen negatif ini mencuat setelah laporan mengenai kemungkinan Presiden Donald Trump akan mengganti pimpinan bank sentral AS, Federal Reserve.

Pernyataan dari Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, pada Jumat lalu, memperkuat spekulasi tersebut. Ia menyebutkan bahwa Trump bersama timnya tengah mempertimbangkan opsi untuk memberhentikan Ketua The Fed, Jerome Powell.

Sehari sebelumnya, Trump juga menyatakan keinginannya agar pemecatan Powell segera terlaksana, sembari kembali mendesak pemangkasan suku bunga.

Gejolak politik ini langsung berdampak pada pasar valuta asing. Dolar AS merosot tajam, mencatat level terendah dalam tiga tahun terhadap euro di posisi US$1,1476. Terhadap yen Jepang, greenback turun ke titik terlemah dalam tujuh bulan di angka 141,40, sementara terhadap franc Swiss, mata uang AS melemah 0,9% di sesi perdagangan Asia.

Kondisi ini diperburuk oleh minimnya aktivitas perdagangan global karena libur Paskah yang membuat sejumlah bursa utama seperti di Australia dan Hong Kong tutup, serta masih sepinya aktivitas sejak libur panjang Jumat lalu.

Vishnu Varathan, Kepala Riset Makro untuk Asia (di luar Jepang) di Mizuho Bank, menjelaskan bahwa meskipun secara hukum Trump tidak dapat memecat Powell secara langsung, hanya dengan menciptakan persepsi bahwa independensi The Fed terancam, sudah cukup untuk mengguncang pasar.

“Secara teknis, Ketua The Fed tidak berada langsung di bawah Presiden, sehingga pemberhentiannya memerlukan prosedur yang ketat. Namun persepsi itu saja sudah memberi tekanan besar,” jelasnya.

Seiring pelemahan dolar, sejumlah mata uang utama lainnya justru mencatatkan penguatan. Pound sterling naik ke US$1,3339 — tertinggi sejak awal Oktober, sementara dolar Australia menguat ke posisi dua bulan tertinggi di US$0,6396. Dolar Selandia Baru juga menguat 0,46% menjadi US$0,5964.

Indeks dolar yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang utama jatuh ke posisi terendah tiga tahun di 98,623.

Di sisi Asia, yuan offshore menguat tipis ke 7,2966 per dolar AS menjelang keputusan suku bunga Bank Sentral China yang dijadwalkan hari ini.

Para analis memperkirakan suku bunga akan dipertahankan, meski ekspektasi terhadap stimulus tambahan semakin tinggi, mengingat tensi perdagangan antara AS dan China yang kembali meningkat.

Ketidakpastian kebijakan tarif dan arah ekonomi di bawah pemerintahan Trump terus menjadi beban bagi pasar keuangan global. Banyak investor kini mulai mengalihkan investasinya dari aset berbasis dolar ke instrumen yang dianggap lebih aman.

Share This Article