Diterpa Lesunya Pasar dan Tarif Trump, Industri Komponen Otomotif Nasional Putar Arah ke Ekspor

4 Min Read

Industri komponen otomotif nasional tengah menghadapi tekanan ganda, pelemahan pasar domestik dan bayang-bayang perang dagang global. Emiten besar seperti PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) dan PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) kini menyusun ulang strategi demi menjaga eksistensi di tengah ketidakpastian global.

Situasi geopolitik dan kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri otomotif. Meski AS menunda pemberlakuan tarif resiprokal selama 90 hari untuk 56 negara—termasuk Indonesia yang dikenakan tarif sebesar 32%—China justru mendapat lonjakan tarif hingga 125%.

AUTO, salah satu anak usaha Grup Astra, menanggapi kondisi ini dengan menyusun strategi ekspansi pasar ekspor secara aktif. Direktur Astra Otoparts Sophie Handili menjelaskan bahwa kontribusi ekspor ke AS masih tergolong kecil terhadap total penjualan perusahaan.

“Dampak langsung terhadap AUTO relatif terbatas. Namun kami tetap waspada dan terus memantau dinamika kebijakan global sebagai bagian dari manajemen risiko,” ungkap Sophie, dikutip Senin (21/4/2025).

AUTO kini mengincar pasar Asia, Timur Tengah, dan Afrika—wilayah yang dinilai memiliki permintaan yang stabil terhadap produk komponen otomotif. Diversifikasi pasar dan penguatan jaringan distribusi menjadi fokus utama AUTO untuk meningkatkan daya saing globalnya.

“Kami percaya dengan inovasi berkelanjutan dan efisiensi operasional, AUTO mampu memperluas jangkauan ekspor dan mempertahankan posisinya sebagai pemain global,” lanjut Sophie.

Stimulus Pemerintah Dinanti

Sophie juga berharap pemerintah dapat mendorong stimulus fiskal guna memperkuat daya beli masyarakat. Hal ini dinilai penting agar sektor otomotif nasional tetap bertahan di tengah tekanan eksternal.

“Sinergi antara pemerintah dan industri diperlukan untuk menghadapi tantangan, termasuk tarif tinggi dari AS. Dukungan nyata sangat dibutuhkan,” ujarnya.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales pada kuartal I-2025 tercatat 205.160 unit, turun 4,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara penjualan ritel mengalami penurunan 8,9% menjadi 210.483 unit. Lesunya penjualan ini tentu berdampak ke sektor pendukung seperti komponen otomotif.

DRMA: Saatnya Indonesia Jadi Pusat Produksi

Senada dengan AUTO, DRMA yang berada di bawah naungan Grup Triputra juga mengharapkan dukungan lebih dari pemerintah. Presiden Direktur DRMA Irianto Santoso menekankan pentingnya diplomasi dagang dengan AS serta pemberian insentif dan kemudahan investasi.

“Kami berharap ada penyederhanaan birokrasi dan peningkatan kerja sama regional agar Indonesia menarik sebagai pusat produksi, bukan hanya pasar,” ujarnya, dikutip Kamis (10/4/2025).

Meski terdampak kebijakan tarif AS, DRMA tetap optimistis terhadap peluang ekspor, termasuk ke Korea Selatan untuk produk auxiliary battery. Strategi jangka panjang perusahaan meliputi penguatan core engineering dan perluasan pasar internasional.

“Visi kami adalah menjadi perusahaan manufaktur kelas dunia. Kami terus eksplorasi pasar ekspor dan penguatan teknologi produk,” tambah Irianto.

Pemerintah Didorong Bertindak Cepat

Pakar otomotif dari ITB, Yannes Martinus Pasaribu, menilai pemerintah perlu segera mengambil langkah proaktif dalam merespons kebijakan tarif Trump. Salah satu solusi adalah memperkuat hambatan non-tarif dan mendukung industri untuk menembus pasar-pasar alternatif seperti ASEAN, Timur Tengah, Afrika, hingga BRICS.

“Diversifikasi pasar ekspor harus diprioritaskan. Pemerintah juga perlu aktif mempromosikan industri, memberi insentif, serta mendorong investasi teknologi dan pelatihan SDM,” ujar Yannes.

Ia juga menyoroti risiko membanjirnya komponen otomotif murah dari China ke Indonesia akibat inisiatif Belt and Road, yang dapat menggerus daya saing industri lokal jika tidak diantisipasi.

Industri komponen otomotif Indonesia kini berada di titik kritis yang membutuhkan kombinasi strategi adaptif dari pelaku usaha dan langkah konkret dari pemerintah. Jika berhasil menavigasi tantangan global ini, bukan tidak mungkin Indonesia naik kelas menjadi pemain utama di rantai pasok otomotif dunia.

Share This Article