Hari Bumi 2025: Seruan PBB untuk Aksi Global Menyelamatkan Planet dari Krisis Iklim

2 Min Read

Setiap tanggal 22 April, dunia memperingati Hari Bumi (Earth Day), sebuah momentum penting untuk menggugah kesadaran masyarakat global terhadap kondisi lingkungan dan masa depan planet ini.

Tahun 2025 menjadi pengingat ke-16 sejak Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi menetapkan peringatan ini sebagai International Mother Earth Day melalui resolusi pada tahun 2009.

Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk menyoroti berbagai tantangan yang mengancam kelestarian Bumi serta mendorong harmoni antara manusia dan alam. Upaya ini juga bertujuan menciptakan keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan ekologi, demi generasi sekarang maupun yang akan datang.

Dalam pernyataan resminya pada Selasa (22/4/2025), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan kekhawatiran serius atas kondisi planet saat ini.

“Bumi sedang mengalami demam. Tahun lalu adalah tahun terpanas dalam catatan sejarah,” ujarnya. Ia menyebutkan bahwa suhu ekstrem tersebut merupakan puncak dari rangkaian pemanasan global selama satu dekade terakhir.

Guterres menyoroti bahwa pemanasan ini disebabkan oleh emisi gas rumah kaca, yang mayoritas berasal dari pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia. Dampak langsungnya antara lain kebakaran hutan berskala besar, banjir hebat, gelombang panas ekstrem, hingga hilangnya nyawa dan mata pencaharian.

Untuk mengatasi hal ini, Guterres menyerukan aksi nyata, termasuk percepatan pengurangan emisi karbon dan peningkatan adaptasi terhadap perubahan iklim. Ia menekankan bahwa transisi ke energi terbarukan bukan hanya krusial, tetapi juga membawa manfaat besar.

“Energi bersih lebih murah, lebih aman, dan lebih ramah lingkungan dibanding bahan bakar fosil,” tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa 2025 merupakan tahun krusial bagi seluruh negara untuk memperbarui rencana aksi iklim nasional masing-masing. Target utamanya adalah menjaga kenaikan suhu global tidak melebihi 1,5 derajat Celsius guna mencegah dampak iklim paling buruk.

Guterres pun mendesak negara-negara besar, khususnya anggota G20, untuk segera beralih ke energi ramah lingkungan serta menyediakan dukungan finansial bagi negara-negara berkembang dalam upaya melindungi keanekaragaman hayati dan menanggulangi polusi.

“Mari kita jadikan tahun 2025 sebagai titik balik dalam menyembuhkan Ibu Pertiwi,” pungkasnya.

Share This Article