Penjualan Lemah Awal Tahun, Saham Summarecon (SMRA) Masih Direkomendasikan Beli

3 Min Read

Emiten properti PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) mencatat prapenjualan (marketing sales) sebesar Rp877 miliar sepanjang kuartal I/2025. Capaian ini dinilai belum optimal dan diperkirakan akan memengaruhi pergerakan harga saham perusahaan.

Dalam riset terbarunya, Analis BRI Danareksa Sekuritas Ismail Fakhri Suweleh menyampaikan bahwa perolehan prapenjualan SMRA turun 49% secara kuartalan, meski masih tumbuh 8% secara tahunan (year-on-year/YoY).

“Pencapaian ini berada di bawah estimasi kami, yaitu sebesar Rp4,54 triliun atau setara 19% dari target tahunan 2025. Angka tersebut juga belum mencapai target perusahaan yang sebesar Rp5 triliun [18%],” ujar Ismail dalam riset yang dikutip Selasa (22/4/2025).

Ismail menambahkan, hampir seluruh proyek utama SMRA mencatatkan hasil di bawah ekspektasi, kecuali kawasan Serpong dan Crown Gading. Realisasi pada kuartal I/2025 ini juga lebih rendah dibanding rata-rata historis kuartal I perusahaan yang biasanya mencapai 21%.

Beberapa faktor yang memengaruhi performa ini antara lain jumlah hari kerja yang lebih sedikit akibat libur Lebaran, serta melemahnya kepercayaan konsumen. Meski demikian, rumah tapak tetap mendominasi komposisi produk dengan kontribusi sebesar 76% terhadap total prapenjualan, meski pertumbuhannya melemah 2% YoY.

Menariknya, segmen ruko menunjukkan lonjakan signifikan dengan kontribusi 22% terhadap total prapenjualan kuartal I/2025. Angka ini meningkat drastis dibandingkan kontribusi 10% sepanjang tahun lalu.

“Lonjakan ini dipicu oleh peluncuran proyek komersial City Hub di Serpong dan Centeria Square di Bogor yang dilakukan pada akhir Maret 2025,” jelas Ismail.

Dari sisi metode pembayaran, kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi pilihan utama dengan kontribusi 45%, disusul cicilan tunai sebesar 40%.

Hingga berita ini diturunkan, manajemen SMRA belum memberikan keterangan resmi terkait data tersebut.

Kendati demikian, BRI Danareksa Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi buy untuk saham SMRA dengan target harga Rp800 per saham. Nilai ini didasarkan pada perhitungan revalued net asset value (RNAV), yang mencerminkan diskon sebesar 79% dari nilai wajar.

“Prospek jangka panjang SMRA tetap menarik berkat portofolio harga rumah di kisaran Rp1–Rp5 miliar, yang menyasar kebutuhan end-user kelas entry-level di kawasan Jabodetabek. Selain itu, perusahaan juga memiliki pendapatan berulang yang kuat, yang diperkirakan menyumbang sekitar 42% dari total pendapatan tahun ini,” ujar Ismail menutup analisanya.

Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.

Share This Article