IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Imbas Tarif Resiprokal Trump

3 Min Read

Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 menjadi 2,8%, turun dari estimasi sebelumnya sebesar 3,3%. Pemangkasan ini dipicu oleh penerapan kebijakan tarif resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Hal tersebut tertuang dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi April 2025 yang dirilis Selasa (22/4/2025).

Direktur Departemen Riset IMF, Pierre‑Olivier Gourinchas, mengungkapkan bahwa tanpa kebijakan tarif Trump, pertumbuhan ekonomi global seharusnya hanya sedikit direvisi menjadi 3,2%. Namun, dengan diberlakukannya jeda tarif sebesar 10% terhadap seluruh negara, prospek global kini diperkirakan melambat signifikan.

“Bahkan jika jeda tarif ini diterapkan secara permanen, pertumbuhan global tetap akan turun ke level 2,8% — serupa dengan proyeksi dasar kami — meski beberapa negara dengan tarif lebih tinggi mungkin mendapat keuntungan jangka pendek,” ujar Pierre dalam konferensi pers, dikutip Rabu (23/4/2025).

Ketegangan Dagang Tekan Semua Kawasan

Pierre menegaskan bahwa perlambatan pertumbuhan terjadi di hampir seluruh kawasan dunia. Meskipun belum memasuki wilayah resesi, dampak negatif kebijakan tarif terasa secara luas di 2025 dan diperkirakan berlanjut tahun depan. Di saat yang sama, proses disinflation global berjalan lebih lambat, dengan revisi inflasi naik tipis 0,1 poin persentase untuk dua tahun ke depan.

IMF juga memperkirakan pertumbuhan volume perdagangan global akan terpangkas tajam, dari 3,8% pada 2024 menjadi hanya 1,7% tahun ini. Menurut Pierre, ketegangan perdagangan ini memperburuk produktivitas dan memperlemah output global.

Dampak Langsung terhadap Ekonomi AS dan China

Tarif resiprokal disebut sebagai bentuk supply shock terhadap ekonomi AS, yang menghambat produktivitas serta menimbulkan tekanan inflasi sementara. IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat menjadi 1,8% pada 2025, turun 0,9 poin dari estimasi sebelumnya. Dari jumlah itu, 0,4 poin disumbang langsung oleh dampak tarif.

Untuk negara berkembang, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat menjadi 3,7% pada 2025. China menjadi salah satu negara yang terdampak paling besar, dengan proyeksi pertumbuhan ekonominya dipangkas menjadi 4%, dari 5% pada tahun sebelumnya. Selain itu, inflasi China juga direvisi turun sebesar 0,8%, meningkatkan potensi tekanan deflasi.

Ketidakpastian Perdagangan Menjadi Ancaman Global

IMF mencatat bahwa dampak tarif tidak hanya berasal dari besaran tarif itu sendiri, tetapi juga dari ketidakpastian kebijakan yang menyertainya. Ketidakjelasan dalam pelaksanaan kebijakan perdagangan mendorong perusahaan memangkas investasi dan belanja, serta membuat lembaga keuangan lebih berhati-hati dalam menilai risiko peminjam mereka.

“Lonjakan ketidakpastian akibat kebijakan tarif sangat mengganggu aktivitas ekonomi. Bahkan bisa memicu disrupsi rantai pasokan seperti yang kita lihat selama pandemi,” ujar Pierre.

Proyeksi Berdasarkan Data Terbaru

Laporan IMF kali ini menggunakan reference forecast berdasarkan informasi hingga 4 April 2025, termasuk penerapan tarif resiprokal mulai 2 April serta respons awal dari berbagai negara. Laporan ini juga mencantumkan beberapa skenario pertumbuhan ekonomi global, tergantung pada berbagai asumsi kebijakan perdagangan yang mungkin diambil ke depan.

Share This Article