Harga minyak global kembali menguat pada Rabu (23/4/2025), didorong oleh sejumlah faktor seperti sanksi baru terhadap Iran, penurunan cadangan minyak mentah Amerika Serikat, serta pernyataan Presiden Donald Trump yang mulai melunak terhadap kebijakan moneter The Federal Reserve.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent tercatat naik 61 sen atau 0,9% menjadi US$68,05 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 60 sen atau sekitar 0,94% ke level US$64,27 per barel.
Sanksi Baru AS ke Iran Dongkrak Sentimen Minyak
Kenaikan harga ini turut dipicu oleh langkah tegas Washington yang pada Selasa (22/4) memberlakukan sanksi baru terhadap jaringan pengapalan dan perdagangan energi milik Iran. Sanksi tersebut menargetkan tokoh penting di sektor energi Iran, Seyed Asadoollah Emamjomeh, serta jaringan perusahaannya yang dinilai telah menyalurkan LPG dan minyak mentah senilai ratusan juta dolar ke pasar internasional.
Menurut Departemen Keuangan AS, jaringan Emamjomeh bertanggung jawab atas distribusi besar-besaran minyak dan gas Iran yang melanggar sanksi internasional.
Cadangan Minyak AS Turun, Trump Longgarkan Sikap terhadap The Fed
Dari sisi fundamental, pasar juga mendapatkan dorongan dari laporan American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS sekitar 4,6 juta barel dalam sepekan terakhir. Meski data resmi dari pemerintah AS baru akan dirilis pada Rabu pukul 10:30 waktu bagian timur (ET), estimasi awal dari para analis memperkirakan penurunan stok sebesar 800.000 barel.
Dari sisi geopolitik, pernyataan mengejutkan datang dari Presiden Donald Trump. Setelah sebelumnya melontarkan kritik tajam terhadap Ketua The Fed Jerome Powell karena enggan memangkas suku bunga, Trump kini menarik kembali ancamannya untuk memecat Powell.
Tak hanya itu, Trump juga mengisyaratkan adanya kemungkinan penurunan tarif impor terhadap China jika kesepakatan perdagangan bisa tercapai, meski tidak hingga ke titik nol.
“Saya akan bersikap sangat baik dalam negosiasi dengan Beijing. Tarif mungkin akan turun secara signifikan setelah kesepakatan,” ujar Trump kepada awak media.
Namun, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan bahwa negosiasi dengan China belum dimulai dan akan menjadi proses yang kompleks. Hal ini diungkapkan dalam presentasi tertutup kepada para investor dalam konferensi yang digelar JP Morgan, menurut sumber yang hadir.
Kekhawatiran Perlambatan Global Masih Membayangi
Meski sentimen sementara mengangkat harga minyak, investor tetap mencermati potensi perlambatan ekonomi global sebagai dampak dari ketegangan dagang AS–China. Kekhawatiran ini sebelumnya telah menekan harga minyak berjangka dalam beberapa pekan terakhir.
Dengan kombinasi antara ketegangan geopolitik di Timur Tengah, perubahan sikap kebijakan AS, serta dinamika pasokan minyak global, pelaku pasar kini menantikan arah baru harga minyak dalam jangka pendek.