Harga buyback emas yang ditawarkan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) mencatat reli tajam sejak awal tahun, namun belum mampu menutupi kerugian sebagian pembeli.
Pada Rabu (23/4/2025), Antam menetapkan harga buyback di level Rp1.840.000 per gram, terkoreksi Rp48.000 dari hari sebelumnya. Padahal, sejak akhir Desember 2024, harga ini telah melonjak 34,8% dari posisi Rp1.365.000.
Kendati mencatat kenaikan signifikan, sebagian investor emas Antam masih belum merasakan cuan dari penjualan kembali emasnya. Hal ini terjadi karena harga jual emas Antam ukuran 1 gram di pasar saat ini berada di atas harga buyback, sehingga margin keuntungan masih terbatas, terutama bagi yang membeli di harga puncak.
Sebagai informasi, buyback adalah proses penjualan kembali emas batangan, baik berbentuk logam mulia, batangan, maupun perhiasan. Harga buyback biasanya lebih rendah dari harga jual di pasar, namun tetap dapat memberikan keuntungan jika terdapat selisih yang cukup besar.
Berdasarkan ketentuan dalam PMK No. 34/PMK.10/2017, transaksi penjualan kembali emas batangan ke Antam senilai lebih dari Rp10 juta akan dikenakan PPh 22 sebesar 1,5% bagi pemilik NPWP, dan 3% bagi non-NPWP. Pajak ini dipotong langsung dari total nilai buyback saat transaksi dilakukan.
Harga jual emas Antam 1 gram tercatat telah menembus Rp1.991.000 pada Rabu (23/4/2025), yang berarti sudah berada di atas harga buyback sejak 10 April 2025 lalu.
Tekanan dari Pasar Global
Di pasar global, harga emas juga menunjukkan volatilitas. Setelah sempat menyentuh rekor tertinggi US$3.500 per ons, harga emas terkoreksi lebih dari 1% pada perdagangan Rabu (23/4/2025). Menurut laporan Reuters, harga emas spot turun 1,5% menjadi US$3.372,68 per ons, sementara emas berjangka AS melemah tipis 0,2% ke level US$3.419,40.
Penurunan harga ini dipicu oleh pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang menyatakan adanya sinyal meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China. Komentar tersebut mendorong penguatan dolar dan lonjakan pasar saham, dua faktor yang biasanya menjadi tekanan bagi harga emas.
“Pernyataan dari Menkeu AS yang menunjukkan potensi berakhirnya ketegangan dagang benar-benar menekan harga emas,” ujar Bob Haberkorn, analis senior di RJO Futures.
Indeks dolar pun naik 0,7%, menjadikan emas lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Di sisi lain, harga emas spot telah mencatat kenaikan tahunan 29% dan berhasil membukukan rekor tertinggi ke-28 tahun ini saat menyentuh US$3.500 per ons sehari sebelumnya.
Proyeksi Harga ke Depan
Meski saat ini terkoreksi, JPMorgan tetap optimistis harga emas akan terus naik. Lembaga keuangan ini memproyeksikan harga emas dapat menembus US$4.000 per ons pada 2026, didorong oleh risiko resesi global, tarif AS yang lebih tinggi, dan ketidakpastian geopolitik.
Para investor kini tengah menantikan pidato beberapa pejabat Federal Reserve akhir pekan ini, untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter di tengah kekhawatiran terhadap independensi bank sentral AS.
Sebagai aset tanpa imbal hasil, emas kerap menjadi pilihan lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian global, serta cenderung bersinar dalam situasi suku bunga rendah.