Industri perbankan swasta diprediksi bakal tampil dominan di bisnis kredit sepanjang 2025, menyalip bank pelat merah yang selama ini mendominasi. Namun, bukan tanpa tantangan: ancaman tarif global diperkirakan bakal menghambat permintaan kredit, khususnya di sektor perdagangan.
Menurut laporan analis Bloomberg Intelligence, Sarah Janes Mahmud dan Alison Hor, bank-bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), hingga PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) masih akan menunjukkan kinerja positif di tengah gejolak global. Dukungan utama mereka? Kuatnya permintaan pinjaman konsumtif.
Menariknya, bank swasta diproyeksi bakal mencuri momentum lebih besar tahun ini. Dengan suku bunga rendah dan tekanan global yang cenderung menahan laju ekspansi bank BUMN di segmen tertentu, bank swasta punya ruang untuk melesat.
“BCA dan bank-bank swasta lainnya bisa terus memimpin pertumbuhan kredit tahun ini, apalagi bank BUMN terikat dengan kebijakan baru terkait dana kekayaan negara, Danantara,” kata Mahmud dan Hor dalam laporannya.
Sementara itu, PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) juga diperkirakan ikut panen berkah, berkat bisnis pembiayaan kendaraan yang dikelola anak usahanya, PT Adira Multi Finance Tbk. (ADMF), yang menguasai pasar nasional.
Tak hanya bank lokal, bank asing seperti OCBC NISP pun menunjukkan geliat positif, dengan pertumbuhan kredit 8,2% hingga Februari 2025. Meski demikian, lemahnya penjualan mobil baru bisa menjadi sandungan bagi sektor pembiayaan otomotif.
Pinjaman Konsumtif Tancap Gas
Berdasarkan data Bank Indonesia, penyaluran kredit perbankan tumbuh 9,7% secara tahunan per Februari 2025. Bahkan, Bloomberg memproyeksikan pertumbuhan pinjaman konsumtif mencapai 10,2% YoY, terutama didorong sektor kendaraan, termasuk mobil listrik.
Namun, Mahmud dan Hor menilai pertumbuhan kredit tidak akan merata. Sektor yang berhubungan dengan perdagangan, misalnya, berpotensi melambat akibat tekanan tarif global. Kredit pertambangan, yang sempat melesat 27,8% pada Februari, bisa melemah karena turunnya permintaan nikel dan batu bara dari China.
Di sisi lain, sektor keuangan, konstruksi, transportasi, hingga proyek pemerintah seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) justru akan menopang pertumbuhan kredit. Kredit ke lembaga keuangan, misalnya, diproyeksikan melonjak 18,5%, seiring akselerasi digitalisasi. Sedangkan sektor konstruksi, transportasi, dan alat berat diprediksi naik 10,6%.
Sebaliknya, sektor UMKM bisa mendapat tekanan berat dari membanjirnya barang impor murah, terutama dari China. Ini menjadi risiko nyata bagi bank seperti BBRI, yang portofolio kredit UMKM-nya mencapai 63%.
“Kualitas aset bisa tergerus oleh perlambatan perdagangan global dan masuknya barang impor berharga miring,” tulis Bloomberg Intelligence.
Secara umum, pinjaman modal kerja masih mendominasi penyaluran kredit bank di Indonesia, berbeda dengan Singapura dan Malaysia yang lebih konsumtif. Ini menjadi peluang besar untuk pertumbuhan kredit konsumsi di Tanah Air.
BCA Tancap Gas Kredit
Sebagai bank swasta terbesar, BCA sukses membukukan penyaluran kredit Rp941 triliun di kuartal I/2025, melonjak 12,6% dibanding tahun sebelumnya. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengatakan lonjakan ini dipicu oleh ekspansi pembiayaan di berbagai sektor serta momentum Ramadan dan Idulfitri.
Kuatnya kinerja kredit turut mengerek laba bersih BCA dan anak usahanya menjadi Rp14,1 triliun, tumbuh 9,8% secara tahunan.
“Pertumbuhan pembiayaan kami banyak disumbang kredit korporasi yang naik 13,9% YoY menjadi Rp443,4 triliun,” ungkap Jahja dalam konferensi pers virtual, Rabu (23/4/2025).
Meski saham BBCA sempat terkoreksi 11,11% sejak awal tahun, kinerjanya mulai membaik pada April, dengan kenaikan harga 1,18% menjadi Rp8.600 per saham. Jahja mengakui bahwa ketidakpastian global sempat menyeret harga saham, tetapi ia tetap yakin bahwa saham-saham bank dengan fundamental kuat, termasuk BCA, akan kembali dilirik investor setelah pasar stabil.
“Fundamental yang solid pasti akan membuat saham kembali diakumulasi,” tegasnya optimistis.