Pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara atau ASEAN diproyeksikan melambat tahun ini, terdampak tekanan dari kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat, sementara peran China tetap krusial untuk menopang kawasan.
Ekonom Bloomberg Tamara Mast Henderson memprediksi bahwa ekonomi lima negara utama ASEAN — Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand — akan melambat menjadi hanya 3% pada 2025, turun tajam dari 4,5% pada tahun sebelumnya.
Meski demikian, hubungan erat ASEAN dengan China, baik sebagai mitra dagang strategis maupun sebagai basis ekspansi korporasi China, diyakini dapat membantu meredam gejolak ekonomi.
Indonesia sendiri diperkirakan tidak sepenuhnya kebal dari tekanan global. “Pasar Indonesia melemah seiring dengan kebijakan fiskal dan lainnya dari Prabowo Subianto yang dinilai kurang bijaksana, memicu arus keluar modal panas dan menghambat investasi langsung asing,” ujar Henderson dalam laporan terbarunya.
Proyeksi pertumbuhan Indonesia kini direvisi turun menjadi 4,9% untuk 2025 dan 5% untuk 2026, lebih rendah dari estimasi sebelumnya di 5,10% dan 5,15%.
Negara Berbasis Ekspor Paling Rentan
Negara-negara yang ekonominya bergantung besar pada ekspor, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia, diperkirakan menjadi yang paling terdampak dari pengetatan tarif AS.
Meski begitu, dampak terhadap Singapura diprediksi tidak akan berlangsung lama mengingat keunggulan sumber daya manusia serta besarnya kapasitas fiskal negara tersebut.
China Jadi Penyangga, Risiko Tetap Membayangi
Di tengah tekanan tersebut, China masih menjadi kekuatan penting yang menawarkan dukungan ekonomi untuk kawasan ASEAN. Namun, eskalasi perang dagang tetap membawa ancaman besar, terutama terhadap industri semikonduktor dan elektronik yang rentan terhadap tarif AS baru, berpotensi memangkas pendapatan ekspor regional.
Investasi China di ASEAN Masih Mengalir Deras
Data dari Rhodium Group mengungkapkan bahwa investasi China di sektor manufaktur Asia Tenggara kemungkinan jauh lebih besar dibandingkan yang tercatat dalam data resmi.
Investasi manufaktur dari China pada 2023 tercatat dua kali lipat lebih besar dari laporan sekretariat ASEAN, yakni sekitar US$6 miliar. Selain itu, ada aliran investasi tambahan sebesar US$7 miliar dari Hong Kong dan Singapura — yang banyak di antaranya terkait erat dengan perusahaan China.
Total investasi China di ASEAN pada 2024 tercatat sebesar US$10 miliar, sedikit menurun dari rekor US$12 miliar proyek baru pada tahun sebelumnya.
“Tarif AS terhadap China yang mulai berlaku sejak 2017 menjadi salah satu pendorong utama lonjakan investasi manufaktur China ke ASEAN,” ungkap analis Rhodium, Armand Meyer dan Agatha Kratz, seperti dikutip Bloomberg.
ASEAN dan AS Berupaya Redakan Ketegangan Dagang
Ketegangan dagang ini turut memperlebar defisit perdagangan AS terhadap ASEAN, mendorong Presiden Donald Trump membidik negara-negara ASEAN dengan tarif tinggi.
Namun, Trump masih membuka ruang negosiasi dengan menunda penerapan tarif baru hingga 90 hari. Negara-negara ASEAN pun tengah berupaya melakukan negosiasi dengan menawarkan kerja sama dagang guna mengurangi defisit AS dan menghindari aksi balasan.
“Kami siap bekerja sama secara konstruktif dengan semua mitra, termasuk Amerika Serikat, untuk mencari solusi seimbang dan berwawasan ke depan demi mendukung ekonomi global yang lebih tangguh dan berkelanjutan,” demikian pernyataan resmi para menteri perdagangan ASEAN setelah pertemuan pada 10 April lalu.
Ketidakpastian ini juga telah memicu volatilitas di pasar keuangan Indonesia dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Sinyal Pelonggaran Moneter di Tengah Ancaman Perlambatan
Sejumlah bank sentral di kawasan Asia Tenggara mulai menurunkan suku bunga seiring meningkatnya risiko terhadap prospek pertumbuhan.
Dengan tren inflasi yang mereda dan stabilitas mata uang yang mulai terjaga, bank-bank sentral diprediksi menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada 2025.
Henderson memperkirakan Bank Indonesia akan melanjutkan pelonggaran sebesar 50 basis poin, menurunkan BI rate menjadi 5,25% di akhir tahun, setelah sebelumnya mempertahankan suku bunga di 5,75% dalam rapat dewan gubernur pada 23 April.
“Namun, perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun ini tampaknya tidak terhindarkan,” tutup Henderson.