Pendapatan dan Laba PGEO Menurun di Kuartal I-2025, Proyek Strategis Tetap Jalan

3 Min Read

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), anak usaha dari PT Pertamina (Persero), mengawali tahun 2025 dengan pencapaian keuangan yang belum memuaskan. Baik laba bersih maupun pendapatan perusahaan mengalami tekanan di tiga bulan pertama tahun ini.

Dalam laporan keuangan yang dirilis, PGEO mencatat laba bersih sebesar US$ 31,37 juta pada kuartal I-2025. Angka ini turun 33,97% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 47,51 juta.

Penurunan juga terjadi pada sisi pendapatan. Hingga akhir Maret 2025, pendapatan perusahaan tercatat sebesar US$ 101,51 juta, sedikit lebih rendah dibandingkan US$ 103,32 juta pada kuartal I-2024 atau terkoreksi sekitar 1,75% secara tahunan.

Corporate Secretary PGEO, Kitty Andhora, menjelaskan bahwa kinerja perusahaan pada awal tahun ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal. Ketidakstabilan geopolitik global dinilai turut menciptakan ketidakpastian dalam iklim ekonomi dan investasi, termasuk di sektor energi bersih. Selain itu, fluktuasi nilai tukar serta dinamika ekonomi juga berdampak pada pelaksanaan proyek energi terbarukan.

Meski demikian, Kitty menegaskan bahwa PGEO masih mencatatkan posisi keuangan yang solid dengan arus kas operasional yang kuat dan efisiensi biaya yang terus dijaga.

“Secara fundamental, kami tetap berada dalam kondisi yang kuat untuk mendukung strategi pertumbuhan jangka panjang perusahaan,” ujar Kitty, Selasa (29/4).

PGEO saat ini memfokuskan investasi pada proyek-proyek strategis guna mempercepat ekspansi bisnis. Perusahaan menargetkan peningkatan kapasitas terpasang hingga mencapai 1 gigawatt (GW) dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Salah satu proyek andalan yang tengah digarap adalah Lumut Balai Unit 2 yang dijadwalkan beroperasi pada pertengahan 2025.

Tambahan kapasitas dari proyek tersebut diharapkan mampu meningkatkan output energi dan mendongkrak performa keuangan perusahaan pada kuartal-kuartal berikutnya.

“Dalam jangka panjang, kami optimistis terhadap potensi pertumbuhan energi panas bumi. Komitmen global maupun nasional dalam mencapai Net Zero Emission 2060 akan menjadi katalis utama peningkatan permintaan energi terbarukan,” jelas Kitty.

Optimisme PGEO juga diperkuat dengan dukungan regulasi terbaru. Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah menerbitkan Permen ESDM No. 10 Tahun 2025 tentang Peta Jalan Transisi Energi di sektor kelistrikan. Regulasi ini menargetkan penambahan kapasitas listrik hingga 443 GW, dengan sekitar 79% berasal dari energi baru terbarukan, termasuk panas bumi.

Meski belum mengungkapkan proyeksi pendapatan dan laba untuk sepanjang 2025, PGEO mengaku tengah mempercepat pengembangan sejumlah proyek utama. Selain Lumut Balai Unit 2 (55 MW), proyek lainnya termasuk Hululais Unit 1 & 2 (110 MW), serta berbagai inisiatif co-generation dengan kapasitas gabungan mencapai 230 MW.

Share This Article