PT Astra International Tbk. (ASII) mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp6,9 triliun pada kuartal I/2025, turun 7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp7,4 triliun. Sejalan dengan itu, laba per saham juga terkoreksi 9% menjadi Rp182.
Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro, menjelaskan bahwa penurunan laba ini mencerminkan tantangan ekonomi yang masih berlanjut serta turunnya harga batu bara dari level puncaknya. “Hal ini turut berdampak pada performa beberapa segmen usaha kami,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (1/5/2025).
Meski demikian, Djony menambahkan bahwa penurunan kinerja pada lini otomotif dan batu bara masih dapat diimbangi oleh kinerja solid dari segmen bisnis lainnya, mencerminkan kekuatan portofolio Astra yang terdiversifikasi.
Secara konsolidasi, pendapatan bersih ASII tetap menunjukkan ketahanan dengan mencatat kenaikan sebesar 3% menjadi Rp83,4 triliun pada kuartal I/2025.
“Kami terus mencermati perkembangan kondisi makro ekonomi sambil menjaga disiplin keuangan dan operasional. Dengan neraca keuangan yang kuat, Astra berada dalam posisi yang solid untuk menangkap peluang pertumbuhan jangka panjang,” ujar Djony.
Dari sisi neraca, ekuitas perseroan menguat 4% menjadi Rp281 triliun, sementara liabilitas menurun 7% menjadi Rp212 triliun. Nilai aset bersih per saham juga meningkat menjadi Rp5.468 per 31 Maret 2025, naik 4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kas bersih Astra (tidak termasuk anak usaha jasa keuangan) melonjak menjadi Rp16,1 triliun dari Rp8 triliun pada akhir 2024. Di sisi lain, utang bersih anak usaha jasa keuangan naik menjadi Rp63 triliun dibandingkan sebelumnya Rp60,2 triliun.
Rekomendasi Saham ASII
NH Korindo Sekuritas sebelumnya merekomendasikan peringkat overweight untuk saham Astra dengan target harga Rp5.475 per saham. Target ini mencerminkan rasio price to earnings (PE) sebesar 6,23 kali atau setara dengan minus satu standar deviasi dari rata-rata tiga tahun terakhir.
“Kami memandang ASII secara hati-hati optimistis, didukung oleh potensi penurunan suku bunga yang dapat menstabilkan sektor otomotif serta kebijakan harga batu bara acuan (HBA) terbaru,” tulis NH Korindo dalam risetnya.
Namun demikian, potensi risiko tetap mengintai, seperti tekanan daya beli masyarakat, regulasi baru terkait HBA, serta fluktuasi nilai tukar dolar AS yang dapat memengaruhi kinerja ke depan.