PT Segar Kumala Indonesia Siapkan Capex Rp 12 Miliar untuk 2025, Fokus Bangun Gudang

2 Min Read

PT Segar Kumala Indonesia Tbk. (BUAH) telah menetapkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp12 miliar untuk tahun 2025. Dana tersebut akan difokuskan terutama untuk penguatan infrastruktur distribusi, khususnya pembangunan fasilitas penyimpanan.

Direktur Utama PT Segar Kumala Indonesia, Renny Lauren, mengungkapkan bahwa sekitar 70% dari total capex tahun depan akan dialokasikan untuk pembangunan gudang. Sisanya akan digunakan untuk pengadaan kendaraan berpendingin dan penambahan inventaris lainnya.

“Tahun depan kami anggarkan Rp 12 miliar, dengan prioritas utama di sektor pergudangan. Kendaraan berpendingin juga masih menjadi kebutuhan, meskipun sebagian besar pengadaan sudah dilakukan pada 2024. Sisanya akan digunakan untuk keperluan inventaris,” kata Renny dalam Public Expose yang digelar di Jakarta, Jumat (2/5).

Dalam rangka memperluas jaringan distribusi, emiten berkode saham BUAH ini juga terus melakukan ekspansi wilayah. Pada Februari 2025, perusahaan telah meresmikan dua cabang baru yang berlokasi di Jayapura dan Ternate. Dengan tambahan tersebut, total cabang BUAH kini mencapai 18 unit, dengan kapasitas penyimpanan mencapai 8.405 ton di seluruh Indonesia.

“Distribusi menjadi tantangan utama yang terus kami benahi. Karena itu, penguatan jaringan distribusi menjadi langkah strategis untuk menjangkau konsumen di seluruh pelosok negeri,” ujar Renny.

Dari sisi kinerja keuangan, perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp35,2 miliar pada 2024, mengalami penurunan 9,04% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat Rp38,7 miliar. Meski demikian, manajemen optimistis menyambut tahun 2025 dengan target laba bersih yang jauh lebih tinggi.

“Kami proyeksikan laba bersih tahun ini bisa mencapai Rp 55 miliar,” ungkap Renny.

Adapun pendapatan perusahaan juga menunjukkan pertumbuhan positif. Selama tahun buku 2024, PT Segar Kumala Indonesia mencatatkan pendapatan sebesar Rp2,2 triliun, naik 24% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,7 triliun.

Renny menambahkan, produk buah segar masih menjadi tulang punggung pendapatan perusahaan dengan kontribusi sekitar 90%. Sementara sisanya berasal dari produk unggas seperti ayam dan bebek, yang kini mulai menunjukkan peningkatan kontribusi.

“Buah masih mendominasi pendapatan. Tapi kami melihat potensi besar dari produk unggas. Tahun 2024 kontribusinya berhasil naik menjadi 10%, dan ke depan kami akan terus dorong pertumbuhannya,” pungkasnya.

Share This Article