Meleset dari Panen: Laba Emiten Beras dan Benih Anjlok di Tengah Pertumbuhan Sektor Pertanian

3 Min Read

Meski Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan sektor pertanian mencapai 10,52% pada kuartal I/2025, kinerja emiten-emiten di sektor beras hingga benih justru menunjukkan tren yang berbanding terbalik. Sejumlah perusahaan seperti PT Buyung Poetra Sembada Tbk. (HOKI) dan PT BISI International Tbk. (BISI) melaporkan penurunan signifikan dalam perolehan laba, bahkan mengalami kerugian.

HOKI mencatat kerugian sebesar Rp25,77 miliar pada kuartal I/2025, berbalik dari posisi laba Rp15,16 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan HOKI juga turun 26,95% year-on-year (yoy) menjadi Rp365,29 miliar. Menurut manajemen, penurunan ini terjadi karena lonjakan penjualan pada kuartal I/2024 yang tidak terulang tahun ini.

Direktur HOKI Budiman Susilo menyatakan bahwa pihaknya tetap optimistis, dengan strategi diversifikasi produk dan ekspansi distribusi. “Kami akan fokus pada produk bernilai tambah dan memperluas jangkauan ke seluruh Indonesia,” ujarnya.

Nasib serupa dialami BISI, yang membukukan penurunan laba 26,43% yoy menjadi Rp29,67 miliar meskipun pendapatannya tumbuh 18,95% menjadi Rp317,39 miliar. PT Wahana Inti Makmur Tbk. (NASI) bahkan membukukan penurunan laba hingga 86,64% menjadi hanya Rp25,39 juta, dengan pendapatan juga terkoreksi 11,29% yoy.

PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk. (SAMF) juga tak luput dari tekanan. Laba perseroan terpangkas 63,99% menjadi Rp44,16 miliar, sementara pendapatan turun hampir setengahnya menjadi Rp743,36 miliar.

Di tengah suramnya kinerja sektor ini, PT FKS Food Sejahtera Tbk. (AISA) justru menjadi pengecualian. Emiten beras tersebut membukukan lonjakan laba 221,86% yoy menjadi Rp34,93 miliar, didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar 4,5% menjadi Rp481,47 miliar.

Kinerja laba yang melemah turut memengaruhi pergerakan saham. Hingga perdagangan sesi pertama Senin (5/5/2025), saham HOKI telah anjlok 16,81% sejak awal tahun (year-to-date/ytd) ke level Rp94 per lembar. Saham BISI turun 17,92% ke Rp985, NASI melemah 1,28% ke Rp77, dan SAMF longsor 16,39% ke Rp324. Sebaliknya, saham AISA naik tajam 38,1% ytd ke level Rp145.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebut sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional kuartal I/2025, sebesar 1,11 poin dari total pertumbuhan 4,87% yoy. Panen raya dan naiknya permintaan daging serta telur selama Ramadan turut menjadi pendorong utama.

Harapan bagi emiten pertanian tetap terbuka melalui dukungan kebijakan pemerintah. Presiden RI Prabowo Subianto menargetkan swasembada pangan dalam lima tahun ke depan, bahkan menegaskan Indonesia harus menjadi lumbung pangan dunia. Pemerintah juga berencana menghentikan impor empat komoditas utama—beras, jagung, gula, dan garam—pada tahun ini.

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyatakan bahwa upaya tersebut tengah berjalan. “Kami bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan beras dari dalam negeri. Impor tidak akan lagi dilakukan pada 2025,” tegasnya.

Share This Article