Dana Indonesia Matangkan Rencana IPO, Fokus Dorong UMKM Perempuan dan Disabilitas

3 Min Read

Perusahaan layanan keuangan digital Dana Indonesia menegaskan bahwa rencana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) tetap menjadi bagian dari strategi bisnis jangka panjang. Meski belum menentukan jadwal pasti, Dana memastikan bahwa langkah menuju bursa akan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan kesiapan internal secara menyeluruh.

IPO masih menjadi rencana strategis kami, yang tentunya akan kami laksanakan di waktu yang tepat, dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan kesiapan perusahaan secara menyeluruh,” ujar Sharon Issabella, Head of Communications Dana Indonesia, dalam keterangan tertulis, Kamis (8/5/2025).

Sharon menambahkan bahwa fokus utama Dana saat ini adalah peningkatan kualitas layanan berbasis teknologi inovatif dan aman. Dengan pendekatan ini, perusahaan berharap dapat terus tumbuh secara berkelanjutan sebelum resmi menjadi perusahaan terbuka.

Fokus utama kami saat ini adalah meningkatkan kualitas layanan dengan teknologi inovasi yang aman agar Dana bisa terus tumbuh keberlanjutan dan meraih beberapa target pencapaian sebelum menjadi perusahaan publik,” tambahnya.

Di tengah persiapan menuju IPO, Dana juga aktif memperkuat peran sosialnya, terutama dalam pemberdayaan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), termasuk yang dikelola oleh perempuan dan penyandang disabilitas. Bekerja sama dengan Ant International, afiliasi keuangan dari Alibaba Group, Dana kembali menggulirkan program SisBerdaya dan DisBerdaya 2025.

Program tersebut menyasar pelaku UMKM perempuan dan perempuan penyandang disabilitas melalui serangkaian pelatihan, pendampingan, dan kompetisi bisnis. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, terdapat sekitar 65 juta UMKM di Indonesia pada 2024, dengan kontribusi lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap hampir 97% tenaga kerja. Menariknya, lebih dari 60% UMKM tersebut dikelola oleh perempuan.

Kami percaya bahwa UMKM akan terus menjadi pilar penting dalam perekonomian negara. Pemberdayaan UMKM, terutama milik perempuan dan penyandang disabilitas, sangat penting untuk membangun ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Namun sayangnya, masih banyak tantangan yang mereka hadapi,” ujar Olavina Harahap, Direktur Komunikasi Dana.

Survei internal Dana pada 2024 mengungkap bahwa 74% UMKM yang dimiliki perempuan mengalami kesulitan dalam mengakses pasar. Selain itu, 57% mengaku terkendala dalam peningkatan keterampilan, dan 51% menghadapi hambatan dalam membangun jejaring bisnis. Tantangan lainnya termasuk minimnya mentoring dan rendahnya literasi digital.

Melalui SisBerdaya dan DisBerdaya, kami berkomitmen untuk memperluas akses terhadap teknologi, inklusi dan literasi keuangan, serta pendampingan bisnis demi meningkatkan daya saing UMKM,” lanjut Olavina.

Untuk tahun ini, SisBerdaya menyasar dua kategori, yakni mikro (pendapatan Rp10–30 juta per bulan, 0–3 karyawan) dan ultra mikro (pendapatan Rp1–10 juta per bulan, 4–10 karyawan). Sementara itu, DisBerdaya difokuskan untuk perempuan penyandang disabilitas yang memiliki usaha.

Share This Article