Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan rencana pencabutan seluruh sanksi terhadap Suriah, sebuah langkah besar yang menandai perubahan haluan kebijakan luar negeri Washington. Pernyataan ini disampaikan Trump dalam forum investasi di Riyadh, Arab Saudi, pada awal kunjungannya ke kawasan Teluk.
“Saya akan memerintahkan penghentian sanksi terhadap Suriah untuk memberi mereka kesempatan meraih kejayaan. Ini saatnya mereka bersinar,” ujar Trump, dikutip Rabu (14/5/2025). Ia menegaskan, pencabutan sanksi dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap masa depan Suriah yang lebih baik.
Trump juga mengungkapkan bahwa Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio akan segera bertemu dengan Menlu Suriah untuk membahas langkah normalisasi hubungan bilateral. Keputusan ini disebut diambil setelah diskusi dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dua pemimpin yang secara aktif mendorong pencabutan sanksi terhadap Suriah.
Isyarat Pemulihan Hubungan dan Investasi
Sanksi ekonomi AS selama bertahun-tahun telah memutus Suriah dari sistem keuangan global dan mempersempit ruang gerak rekonstruksi di negara itu. Dengan pencabutan sanksi, pintu kini terbuka bagi organisasi kemanusiaan, serta peluang investasi dan perdagangan asing dalam proses pemulihan pascaperang Suriah.
Langkah ini dilakukan menjelang pertemuan bersejarah antara Trump dan Presiden Islamis Suriah, Ahmed al-Sharaa, yang dijadwalkan berlangsung di Arab Saudi pada Rabu. Sharaa, mantan komandan al-Qaeda yang memutuskan hubungan dengan kelompok tersebut pada 2016, naik ke tampuk kekuasaan usai tergulingnya Bashar al-Assad.
Meskipun hubungan masa lalu Sharaa dengan kelompok militan memicu kekhawatiran di kalangan pejabat AS dan Israel, Trump tetap melanjutkan agendanya. Pemerintah Israel menolak memberikan komentar langsung terkait langkah mengejutkan tersebut, meski selama ini menunjukkan sikap waspada terhadap pemerintahan baru Suriah.
Respon Positif dan Dukungan Internasional
Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shibani, menyambut baik langkah Trump yang dinilainya sebagai titik balik penting bagi rakyat Suriah. “Kami siap membina hubungan dengan Amerika Serikat yang didasarkan pada saling menghormati dan kepentingan bersama,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Shibani bahkan menyebut keputusan Trump berpotensi menciptakan kesepakatan perdamaian bersejarah, tanpa merinci lebih lanjut. Dukungan juga datang dari Presiden Lebanon, Joseph Aoun, yang menyebut langkah Trump sebagai “langkah berani” yang mempercepat perjalanan Suriah menuju stabilitas dan rekonstruksi.
Pengamat: Langkah Ini Akan Ubah Lanskap Ekonomi Suriah
Alex Zerden, peneliti senior di Center for a New American Security, menilai pencabutan sanksi akan mencabut sejumlah hambatan besar seperti kontrol ekspor dan label teroris yang selama ini membuat Suriah masuk dalam daftar negara dengan pembatasan ekonomi paling ketat, sejajar dengan Iran, Korea Utara, dan Kuba.
Meskipun rezim baru di bawah Sharaa membawa harapan baru, ketegangan regional masih membayangi. Suriah masih berseteru dengan Israel, memiliki hubungan erat dengan Iran dan Rusia, serta terus menjadi sasaran serangan udara Israel sejak Desember. Wilayah Suriah di sekitar Dataran Tinggi Golan pun masih diduduki militer Israel sejak 1967.