PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) mengumumkan bahwa total cadangan mineral di Fase 8 Tambang Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, mencapai sekitar 460 juta ton. Fase ini diproyeksikan memperpanjang masa operasi tambang hingga tahun 2030.
“Setelah Fase 7 berakhir pada akhir 2024, kami memasuki babak baru di Fase 8 Batu Hijau, yang diperkirakan menyimpan cadangan sekitar 460 juta ton,” ungkap Vice President Corporate Communication AMMN, Kartika Octaviana, dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu (14/5/2025).
Transisi ke Fase Baru Tambang Batu Hijau
Kartika menjelaskan bahwa proses pengupasan batuan penutup telah dimulai sejak 2021 untuk memastikan transisi yang lancar dari Fase 7 ke Fase 8. Pada tahap awal, penambangan dilakukan di sisi terluar dan teratas pit Batu Hijau, yang mengandung kadar logam lebih rendah. Seiring waktu, kegiatan penambangan akan bergerak menuju bagian tengah dan bawah pit yang menyimpan bijih mineral berkadar tinggi, memungkinkan peningkatan produksi secara bertahap.
“Upaya efisiensi operasional dan dukungan harga komoditas yang meningkat telah membantu memperpanjang usia tambang selama lima tahun,” tambah Kartika.
Kontribusi Ekonomi dan Momentum Transisi Energi
Perpanjangan usia tambang dinilai penting untuk menjaga kontribusi ekonomi, baik di tingkat regional maupun nasional. Hal ini mencakup penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan daerah, hingga kontribusi terhadap kas negara.
Tambang Batu Hijau memiliki peran strategis dalam mendukung transisi energi global. Komoditas utama tambang ini, yaitu tembaga, menjadi elemen vital dalam teknologi rendah karbon seperti kendaraan listrik dan infrastruktur energi terbarukan.
Mengutip riset Wood Mackenzie, Kartika menyebut permintaan global terhadap tembaga diperkirakan terus meningkat seiring dengan percepatan adopsi energi bersih.
Produksi 2025 dan Penurunan Kinerja Kuartal I
Pada tahun 2025, AMMN menargetkan produksi konsentrat sebesar 430.000 ton kering, yang diperkirakan mengandung sekitar 228 juta pon tembaga dan 90.000 ons emas.
Namun demikian, produksi kuartal I/2025 mencatat penurunan signifikan. Volume konsentrat turun 55% secara tahunan (YoY) menjadi 79.741 ton metrik kering. Produksi tembaga anjlok 62% YoY menjadi 37 juta pon, sementara produksi emas merosot 81% YoY ke level 32.340 ons.
Direktur Keuangan AMMN, Arief Sidarto, menjelaskan bahwa penurunan tersebut telah diantisipasi, seiring transisi dari bijih berkadar tinggi di Fase 7 menuju pengolahan batuan penutup dan stockpile berkadar rendah di Fase 8.