Alfamart Caplok Lawson, GS Supermarket Tutup: Peta Persaingan Ritel Kian Kontras

4 Min Read

Persaingan di industri ritel modern Indonesia semakin menunjukkan kontras yang tajam. Di satu sisi, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT), pengelola jaringan Alfamart, terus memperluas ekspansinya. Di sisi lain, GS Supermarket, peritel asal Korea Selatan, resmi menghentikan operasinya di Tanah Air.

AMRT baru saja menyelesaikan proses akuisisi atas seluruh saham PT Lancar Wiguna Sejahtera, pengelola Lawson, dari anak usahanya sendiri, PT Midi Utama Indonesia Tbk. (MIDI). Nilai transaksi mencapai Rp200,46 miliar untuk 1,48 miliar lembar saham dengan harga Rp135 per saham. Penandatanganan dilakukan pada 14 Mei 2025.

“Transaksi ini tidak tergolong sebagai benturan kepentingan, sehingga tidak memerlukan persetujuan dari RUPS,” ujar Corporate Secretary AMRT, Tomin Widian, dalam keterbukaan informasi, Rabu (14/5/2025).

Sebagai induk dari MIDI, langkah AMRT ini memperkuat kendalinya di segmen ritel makanan cepat saji. Manajemen MIDI sebelumnya menyampaikan bahwa divestasi Lawson merupakan bagian dari strategi fokus pada pengembangan lini bisnis inti, yakni Alfamidi dan Alfamidi Super.

“Dengan selesainya transaksi ini, perseroan berharap dapat meningkatkan kinerja keuangan dari sisi laba rugi maupun arus kas,” ungkap manajemen MIDI.

Berdasarkan laporan keuangan proforma, transaksi ini menurunkan nilai aset tidak lancar MIDI sebesar Rp637 miliar dan liabilitas Rp241 miliar. Ekuitas juga turun dari Rp4,29 triliun menjadi Rp3,95 triliun. Namun, dampak terhadap pendapatan dan laba bersih disebut tidak signifikan karena kontribusi Lawson terhadap pendapatan konsolidasian tergolong kecil.

Hasil penilaian independen dari KJPP Kusnanto & Rekan menilai nilai pasar 70% saham Lawson sebesar Rp194,74 miliar, hanya sedikit di bawah nilai transaksi aktual, menandakan akuisisi dilakukan pada harga wajar.

Struktur kepemilikan Lawson kini berubah, dengan AMRT menguasai 70% saham. Sisanya dimiliki oleh PT Amanda Cipta Persada (20,34%), PT Cakrawala Mulia Prima (4,83%), dan PT Perkasa Internusa Mandiri (4,83%).

Manajemen AMRT menyatakan akuisisi ini merupakan bagian dari respons terhadap dinamika pasar yang terus berkembang. “Untuk menangkap potensi besar di segmen ready-to-eat, perseroan mengambil langkah strategis dengan mengakuisisi Lawson dari MIDI,” demikian pernyataan resmi AMRT. Langkah ini juga diharapkan menciptakan sinergi jangka panjang di dalam grup usaha milik Djoko Susanto.

GS Supermarket Resmi Tutup Operasi

Sementara itu, nasib berbeda dialami GS Supermarket, jaringan ritel modern asal Korea Selatan. Gerai mereka di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, dipastikan akan berhenti beroperasi per 31 Mei 2025.

“GS akan ditutup akhir bulan ini dan akan diambil alih oleh peritel lain, bukan dari Korea,” ujar seorang staf layanan pelanggan di GS The Fresh Supermarket Mampang kepada media.

Meski sudah ada keputusan penutupan, aktivitas operasional di dalam gerai masih berjalan normal. Para pegawai tetap bekerja dan melayani konsumen seperti biasa.

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah, menilai tingginya biaya operasional menjadi salah satu faktor utama ritel berguguran. Ia juga menyoroti ketatnya persaingan dengan pemain yang memiliki jaringan lebih luas serta tekanan dari konflik dagang global.

“Kami berharap pemerintah memberikan kemudahan dalam perizinan, menurunkan beban pajak, dan memberikan dukungan langsung seperti BLT. Itu bisa menyelamatkan sektor ritel,” ungkap Budihardjo.

Meski begitu, ia tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang sektor ritel nasional, mengingat Indonesia memiliki pasar domestik yang sangat besar dengan lebih dari 270 juta penduduk.

Share This Article