Kinerja Tertekan, Prospek Saham TLKM Masih Moderat di Tengah Buyback Rp 3 Triliun

3 Min Read

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) mencatatkan tekanan kinerja pada kuartal I-2025, terutama dari sisi laba bersih dan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Di tengah tantangan tersebut, analis pasar masih memandang prospek Telkom secara moderat dengan sejumlah strategi untuk menopang pertumbuhan jangka menengah.

Christian Sitorus, analis dari MNC Sekuritas, dalam riset terbarunya menilai bahwa prospek TLKM untuk periode 2025–2026 masih berada pada level moderate, dengan dukungan dari strategi bundling layanan, penyesuaian harga lebih kompetitif, serta rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp3 triliun untuk meningkatkan nilai bagi pemegang saham.

- Advertisement -

Menurut Christian, penurunan laba bersih sebesar 4% year-on-year (yoy) dan penurunan EBIT sebesar 4,7% yoy pada kuartal I-2025 disebabkan oleh tekanan biaya, kompetisi yang kian sengit, serta lemahnya permintaan pasar.

Meski demikian, segmen broadband Telkom masih menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 7% yoy. Namun, tantangan tetap ada karena rata-rata pendapatan per pengguna (average revenue per user/ARPU) justru terkoreksi 6,5% yoy. Hal ini menunjukkan dampak dari persaingan tarif dan pergeseran preferensi konsumen.

Penurunan Pendapatan dan Laba Bersih

Secara keseluruhan, Telkom membukukan pendapatan Rp36,6 triliun pada kuartal I-2025, turun 2,9% secara kuartalan (quarter-on-quarter/qoq) dan melemah 2,1% yoy. Sementara itu, laba bersih TLKM menyusut menjadi Rp5,8 triliun, atau turun 4% dibanding periode yang sama tahun lalu.

- Advertisement -

Target Harga Saham TLKM Direvisi Turun

MNC Sekuritas tetap memberikan rekomendasi buy untuk saham TLKM, namun menurunkan target harga menjadi Rp3.120. Penyesuaian ini mempertimbangkan potensi peningkatan ARPU serta efisiensi melalui optimalisasi infrastruktur, meskipun tantangan dari sisi persaingan tarif dan ketidakpastian makroekonomi tetap menjadi risiko utama.

Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas Indonesia menurunkan peringkat saham TLKM menjadi trading buy, dengan target harga baru di level Rp3.200. Angka tersebut mencerminkan valuasi EV/EBITDA tahun 2025 sebesar 4,6 kali.

Penurunan ini mencerminkan revisi proyeksi laba TLKM yang dipangkas masing-masing 10,7% untuk 2025 dan 12,3% untuk 2026, seiring tekanan dari lemahnya daya beli dan kondisi ekonomi yang belum pulih sepenuhnya.

Meski begitu, Mirae Asset tetap optimistis terhadap inisiatif strategis Telkom di bidang kecerdasan buatan (AI) dan pengembangan pusat data yang dinilai akan menjadi pendorong pertumbuhan masa depan. Namun, risiko tetap mengintai, terutama jika pertumbuhan ARPU stagnan, belanja modal tidak berjalan optimal, atau jika terjadi perlambatan ekonomi yang lebih dalam.

Share This Article