PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) membukukan kerugian bersih sebesar Rp50,84 miliar sepanjang kuartal I/2025. Angka tersebut melonjak 155,73 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi bersih Rp19,88 miliar. Alhasil, rugi per saham meningkat menjadi Rp2,01 dari sebelumnya Rp0,79.
Yang mengejutkan, sepanjang tiga bulan pertama tahun ini ZINC tidak mencatatkan penjualan sama sekali. Padahal, pada kuartal I/2024 perusahaan masih mampu meraup pendapatan sebesar Rp66,6 miliar. Beban pokok penjualan tercatat sebesar Rp19,56 miliar, menurun drastis dari Rp50,26 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Akibat nihilnya penjualan, rugi kotor tercatat sebesar Rp19,56 miliar, melonjak 219,77 persen dibandingkan laba kotor Rp16,33 miliar pada kuartal I/2024. Beban penjualan turut nihil, setelah sebelumnya tercatat Rp7,41 miliar. Beban umum dan administrasi juga turun menjadi Rp9,83 miliar dari Rp10,33 miliar, sehingga total beban usaha menyusut menjadi Rp9,83 miliar dari sebelumnya Rp17,75 miliar.
Namun demikian, ZINC mencatat rugi usaha sebesar Rp29,39 miliar, naik tajam dibandingkan rugi usaha Rp1,41 miliar di periode yang sama tahun lalu. Beban bunga turun menjadi Rp21,2 miliar dari sebelumnya Rp28,54 miliar. Namun rugi selisih kurs tercatat sebesar Rp303,33 juta, berbalik dari laba Rp9,61 miliar pada kuartal I/2024.
Pendapatan bunga pinjaman tak lagi tercatat (sebelumnya Rp116,35 juta), pendapatan bunga bank menyusut jadi Rp7,45 juta dari Rp37,56 juta, sedangkan pendapatan sewa tetap stagnan di Rp75 juta. Keuntungan dari penjualan aset tetap juga menyusut menjadi Rp34,23 juta dari sebelumnya Rp135,13 juta.
Sementara itu, pos lainnya mencatatkan beban lain-lain bersih sebesar Rp22,75 miliar, naik dari Rp20,4 miliar. Secara keseluruhan, rugi tahun berjalan tercatat sebesar Rp52,14 miliar, meningkat signifikan dari Rp21,81 miliar pada kuartal I/2024.
Dari sisi neraca, ekuitas ZINC merosot menjadi Rp562,55 miliar dari posisi akhir 2024 yang sebesar Rp614,7 miliar. Liabilitas membengkak menjadi Rp1,83 triliun dari Rp1,8 triliun, sedangkan total aset menurun tipis ke Rp2,39 triliun dari Rp2,41 triliun pada akhir tahun lalu.