Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menegaskan bahwa keberhasilan program Koperasi Desa Merah Putih menjadi ujian penting bagi masa depan koperasi di Indonesia.
Hal ini disampaikannya saat menghadiri Rapat Kerja Komisi VI DPR bersama Menteri Perdagangan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada Selasa (20/5/2025). Erick mengingatkan bahwa proyek pembentukan 80.000 koperasi desa harus dilaksanakan dengan kesungguhan agar tidak menemui kegagalan.
“Kalau sampai program Koperasi Desa Merah Putih ini tidak berjalan sesuai harapan, sebaiknya kita tidak usah bicara soal koperasi lagi. Ini juga saya sampaikan kepada para pelaku koperasi, mari kita serius jalankan ini,” ujarnya.
Erick menjelaskan bahwa meski koperasi ini tetap memiliki layanan simpan pinjam sebagaimana fungsi koperasi pada umumnya, KopDes Merah Putih juga diarahkan untuk mengembangkan unit usaha lain yang disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan masing-masing desa. Ia mencontohkan bagaimana koperasi di Belanda, seperti koperasi susu, mampu berjalan dengan baik dan menjadi tumpuan ekonomi masyarakat.
“Di negara seperti Belanda, koperasi-koperasi mereka berkembang pesat. Koperasi susu dan bentuk lainnya berjalan efektif. Lalu kenapa di Indonesia belum bisa seperti itu? Ini yang sedang kita evaluasi dan perbaiki. Kuncinya ada pada model bisnis koperasi yang tepat,” kata Erick.
Lebih lanjut, Erick mengingatkan tentang tren migrasi penduduk dari desa ke kota yang bisa mengancam pembangunan ekonomi desa. Menurutnya, jika desa ditinggalkan, maka ketahanan pangan nasional sebagaimana tercantum dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto bisa terganggu.
“Kalau desa ditinggalkan dan tidak ada ekosistem ekonomi yang menopang, maka kita kehilangan pondasi penting dalam menjaga keberlanjutan pangan nasional. Lumbung pangan tidak akan berfungsi jika tidak ada kehidupan ekonomi di desa,” tutup Erick.