Pasar saham Indonesia tengah diliputi sentimen positif menyusul derasnya aliran dana asing ke bursa domestik serta spekulasi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Optimisme investor menguat, seiring meredanya ketegangan dagang global dan ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp5,05 triliun dalam periode 14–16 Mei 2025. Ini berbalik arah dari pekan sebelumnya yang mencatatkan net sell Rp3,26 triliun. Aliran dana ini memperkuat performa IHSG, yang mencatat penguatan 4% dalam sepekan terakhir dan menjadi salah satu yang terbaik di kawasan Asia Tenggara, setelah Vietnam.
Sinyal Pemangkasan BI Rate Dorong Optimisme
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menilai potensi pemangkasan BI rate memberikan sentimen positif jangka pendek terhadap IHSG.
“Sentimen lain yang mendukung adalah kemungkinan tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China,” ujarnya.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Chartist dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menambahkan bahwa penguatan rupiah menjadi sinyal kuat bagi BI untuk menurunkan suku bunga. Menurutnya, laju inflasi yang rendah memperlebar ruang pelonggaran moneter.
“Gap antara BI rate dan inflasi terlalu lebar. Stabilitas nilai tukar mendukung pelonggaran,” ungkap Nafan.
Senada, Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, mengatakan potensi pelonggaran tetap terbuka selama rupiah stabil dan The Fed cenderung bersikap dovish. Namun, sebagian pelaku pasar meyakini BI kemungkinan akan menunggu langkah dari bank sentral AS sebelum memangkas suku bunga.
“BI bisa saja tetap mempertahankan kebijakan ketat untuk menghadapi ketidakpastian global dan menjaga stabilitas pasar keuangan,” ujarnya.
Valuasi Murah Jadi Daya Tarik Tambahan
Menurut Ekky Topan, analis investasi Infovesta Utama, penguatan IHSG saat ini lebih disebabkan oleh sentimen eksternal seperti redanya tensi dagang dan murahnya valuasi saham, bukan karena kinerja fundamental emiten.
“Dengan pasar yang relatif kecil, pilihan bagi investor institusi global sangat terbatas,” jelasnya.
IHSG saat ini berada dalam tren bullish, meski secara year-to-date masih terkoreksi 0,96%. Relaksasi aturan buyback saham turut memperkuat kepercayaan investor terhadap emiten.
Rekomendasi Saham Jelang Kebijakan BI
Jika BI memutuskan pelonggaran moneter, sejumlah saham dari berbagai sektor dinilai akan semakin atraktif:
- Perbankan:
Saham blue chip seperti BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI berada dalam posisi teknikal menguntungkan. - Energi & Pertambangan:
ADMR direkomendasikan untuk akumulasi dengan target Rp1.380.
BREN menunjukkan potensi kenaikan hingga Rp9.050 per saham. - Industri & Manufaktur:
Penurunan suku bunga akan mendukung ekspansi produksi melalui biaya modal yang lebih rendah. - Saham Emas dan Komoditas:
ANTM dan INDF dinilai defensif dan akan diuntungkan dari momentum ini.
Saham GOTO di sektor teknologi dan AADI di sektor batu bara juga masuk radar investor karena valuasi menarik dan prospek pembagian dividen pasca-spin off dari ADRO.
Dalam riset sebelumnya, analis Ciptadana Sekuritas, Erni Marsella Siahaan, memproyeksikan IHSG tahun 2025 akan diperdagangkan pada PER 11,5 kali, dengan target di kisaran 7.075. Saham-saham yang direkomendasikan untuk 2025 antara lain:
- BBCA, BRIS, ICBP, ISAT, EXCL, GOTO, dan ANTM.
Pasar kini menantikan keputusan kebijakan moneter terbaru dari Bank Indonesia, yang akan diumumkan usai Rapat Dewan Gubernur pada 20–21 Mei 2025. Meski suku bunga diperkirakan masih akan dipertahankan bulan ini, penguatan rupiah dan dorongan pertumbuhan ekonomi membuka jalan bagi pelonggaran di waktu dekat.
Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.