BTN Syariah Bersiap Jadi Pemain Kunci Baru di Industri Bank Syariah Nasional

4 Min Read

BTN Syariah dinilai telah memiliki kesiapan matang untuk melakukan spin-off menjadi Bank Umum Syariah (BUS) mandiri. Langkah ini dinilai selaras dengan transformasi ekosistem perbankan syariah nasional, serta menjawab kebutuhan akan institusi keuangan syariah yang kuat dan fokus.

Unit Usaha Syariah milik PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk ini berhasil mencatatkan kinerja yang impresif dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari 2021 hingga akhir 2024, laba bersih BTN Syariah tumbuh signifikan dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 67,66%. Laba tersebut melonjak dari Rp185 miliar menjadi Rp872 miliar.

- Advertisement -

Tak hanya dari sisi laba, pertumbuhan pembiayaan BTN Syariah juga konsisten, meningkat dari Rp27,5 triliun pada 2021 menjadi Rp43,9 triliun pada Desember 2024, dengan CAGR sebesar 16,8%. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun juga menunjukkan tren naik yang kuat, tumbuh dengan CAGR sebesar 19%, dari Rp29,4 triliun menjadi Rp49,6 triliun dalam periode yang sama.

Menurut Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Sutan Emir Hidayat, kehadiran BTN Syariah sebagai entitas BUS yang mandiri akan memberi warna baru pada industri. Ia menegaskan bahwa performa BTN Syariah sejauh ini membuktikan bahwa mereka mampu menjadi pemain utama dalam sektor ini.

“Masuknya pemain baru seperti BTN Syariah diharapkan memberi kontribusi nyata bagi pertumbuhan industri perbankan syariah. Kinerja mereka menunjukkan kekuatan dan potensi pasar yang sangat besar,” kata Emir di Jakarta, Sabtu (24/5).

- Advertisement -

Kinerja positif BTN Syariah terus berlanjut di awal tahun 2025. Laba bersih pada kuartal I 2025 tercatat sebesar Rp199 miliar, tumbuh 21,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini ditopang oleh peningkatan pembiayaan dan meningkatnya kepercayaan masyarakat.

Hingga Maret 2025, total pembiayaan BTN Syariah meningkat 18,2% (yoy) menjadi Rp46,3 triliun, sementara DPK naik 19,9% menjadi Rp51,4 triliun. Ini menunjukkan bahwa publik semakin percaya pada layanan syariah yang ditawarkan BTN.

Menurut Emir, rencana spin-off BTN Syariah bukan semata-mata perubahan administratif, namun bagian dari transformasi strategis untuk memperkuat peran bank syariah nasional yang inklusif, terfokus, dan berdampak. Keunggulan BTN Syariah di bidang pembiayaan perumahan menjadi nilai tambah yang dapat memperkuat program perumahan nasional, khususnya di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

“Dengan fokus pada pembiayaan perumahan syariah, BTN memiliki posisi unik yang belum banyak dimanfaatkan oleh BUS lain. Ini adalah peluang besar yang bisa menjadi motor pertumbuhan industri syariah nasional,” tambah Emir.

Selain itu, BTN Syariah juga tengah memperkuat sektor digital banking, guna memenuhi tuntutan layanan perbankan modern yang sesuai prinsip syariah. Langkah ini dianggap krusial dalam meningkatkan inklusi dan akses layanan keuangan syariah di Tanah Air.

Meski siap melakukan spin-off, proses tersebut masih menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, sebelumnya menyampaikan bahwa terdapat dua calon bank syariah baru yang diperkirakan memiliki aset besar. Ia berharap proses transformasi BTN Syariah bisa segera tuntas.

“Kita harapkan prosesnya bisa cepat rampung. Finalisasi terus kita dorong agar salah satu bank ini bisa segera beroperasi sebagai BUS,” ujar Mahendra.

Jika proses spin-off berjalan lancar, BTN Syariah diproyeksikan menjadi salah satu pilar penting dalam memperkuat struktur dan pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia.

Share This Article