Reksadana Bangkit! Pemangkasan Suku Bunga BI Dorong Pemulihan Pasar

3 Min Read

Industri reksadana nasional mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah beberapa waktu tertekan. Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah produk reksadana mulai bangkit dari zona koreksi, terutama reksadana pendapatan tetap.

Berdasarkan data Infovesta Utama, indeks acuan Infovesta 90 Fixed Income Fund menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,58% secara year to date (YtD) hingga 16 Mei 2025. Sementara itu, reksadana pasar uang mencatatkan imbal hasil sebesar 2%, disusul reksadana campuran dengan kenaikan 1,58%. Di sisi lain, reksadana saham masih mengalami penurunan tipis sebesar 0,29%.

- Advertisement -

Reza Fahmi Riawan, Head of Business Development di Henan Putihrai Asset Management, menjelaskan bahwa pemulihan ini dipicu oleh pelonggaran kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI). Dalam Rapat Dewan Gubernur pada 21 Mei 2025 lalu, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%.

“Kebijakan ini menjadi sinyal positif bagi pasar, karena berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi dan memulihkan kepercayaan investor terhadap pasar saham domestik,” ungkap Reza kepada media, Jumat (23/5).

Ia menambahkan, penurunan suku bunga akan berdampak pada penurunan imbal hasil obligasi, yang selanjutnya meningkatkan harga obligasi sebagai aset dasar reksadana pendapatan tetap. Untuk reksadana campuran, dampaknya akan sangat tergantung pada komposisi alokasi aset masing-masing produk.

- Advertisement -

Strategi Diversifikasi Di Tengah Tren Suku Bunga Turun

Melihat kondisi suku bunga yang lebih longgar, Reza menyarankan agar investor mulai mempertimbangkan strategi diversifikasi portofolio. Ia menilai, reksadana pendapatan tetap yang berfokus pada obligasi jangka panjang serta reksadana saham yang berbasis sektor konsumsi dan infrastruktur menjadi pilihan menarik hingga akhir tahun.

Meski demikian, Reza mengingatkan bahwa arah kebijakan moneter global tetap menjadi faktor penting yang harus diperhatikan karena bisa memengaruhi aliran modal asing.

Senada dengan Reza, Direktur Panin Asset Management Rudyanto juga menyoroti peran investor asing dalam pemulihan kinerja reksadana saham dan campuran. Menurutnya, masuknya kembali aliran dana asing turut memperkuat pasar.

Berdasarkan catatan transaksi Bank Indonesia untuk periode 19–22 Mei 2025, investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 1,54 triliun di pasar saham dan Rp 14,13 triliun di pasar surat berharga negara (SBN).

Rudyanto juga mengingatkan pentingnya strategi yang adaptif dalam berinvestasi di reksadana saham, mengingat tingginya fluktuasi harga.

“Jika target imbal hasil sudah tercapai, sebaiknya melakukan profit taking terlebih dahulu dan masuk kembali saat harga terkoreksi,” ujarnya.

Dengan dinamika pasar yang terus berkembang, investor diharapkan terus memperbarui strategi dan mencermati arah kebijakan ekonomi, baik dalam negeri maupun global.

Share This Article