Indonesia mulai menarik perhatian global dalam sektor bioteknologi, dengan keterlibatan tokoh dan korporasi besar seperti Bill Gates dan raksasa otomotif Astra Group. Masuknya dua entitas besar ini menandai peluang emas bagi pertumbuhan industri biotek dalam negeri yang selama ini tertinggal.
Investor filantropis dunia, Bill Gates, aktif mendorong inovasi di bidang bioteknologi, ketahanan pangan, dan layanan kesehatan. Fokusnya mencakup rekayasa genetika tanaman, pengembangan vaksin, hingga teknologi diagnostik penyakit tropis—isu yang sangat relevan bagi Indonesia. Negara ini masih menempati peringkat ke-52 dari 54 negara dalam Global Biotechnology Innovation Scorecard, serta bergantung besar pada impor farmasi.
Menurut Primadi Soerjosoemanto, Partner Indonesia di Asian Insider, inovasi biotek menjadi fondasi penting untuk mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Ia menambahkan bahwa keterbatasan SDM dan minimnya dana riset menjadi hambatan utama pengembangan sektor ini.
Dari sisi pasar, nilai industri bioteknologi di Indonesia sudah melampaui US$2 miliar, dengan proyeksi pertumbuhan tahunan gabungan (compound annual growth rate/CAGR) regional sebesar 12,7% pada 2024–2032. Beberapa investasi asing pun telah masuk, seperti pendirian pabrik biofarmasi pertama oleh Daewoong Pharmaceutical asal Korea Selatan lebih dari satu dekade lalu.
Perusahaan lokal seperti PT Bio Farma, Kalbe Farma, dan Etana Biotechnologies kini semakin agresif mengembangkan vaksin, produk biofarmasi, dan layanan diagnostik. Startup seperti Nalagenetics juga menunjukkan kiprah positif dengan solusi pharmacogenomics yang memungkinkan dosis obat lebih presisi bagi pasien penyakit jantung dan kanker payudara.
Selain itu, Pfizer Indonesia telah bermitra dengan Asosiasi Program Studi Bioteknologi Indonesia dalam inisiatif HigherHeight guna mengembangkan SDM di sektor ini.
Jejak Investasi Bill Gates di Indonesia
Sejak 2014, Bill Gates telah menanamkan sejumlah investasi strategis di Indonesia. Melalui Bill & Melinda Gates Foundation, ia berkontribusi sebesar US$40 juta dalam pendirian Indonesia Health Fund, yang fokus pada program HIV/AIDS, tuberkulosis, polio, dan malaria. Pada 2019, Gates turut serta dalam pendanaan Seri B Halodoc bersama Allianz X dan Prudential, mendukung layanan konsultasi dokter, pengiriman obat, dan tes laboratorium di rumah.
Di tahun yang sama, TaniGroup (pengelola TaniHub) menerima pendanaan Seri A dari Openspace Ventures dan The DFS Lab, yang juga didukung Gates Foundation. Baru-baru ini, Gates mengucurkan lagi dana senilai US$159 juta (sekitar Rp2,6 triliun) untuk Indonesia—US$119 juta untuk kesehatan, US$35 juta untuk pertanian, dan US$5 juta untuk teknologi.
Ia menekankan pentingnya inovasi dari luar negeri untuk melengkapi sumber daya yang belum tersedia di Indonesia, khususnya bahan baku dan produk biologis onkologi. Jasa konsultasi, pengemasan, pengiriman, pengujian, dan sertifikasi juga dinilai sebagai sektor pendukung vital yang membuka peluang besar bagi pelaku global.
Astra Kian Serius di Sektor Kesehatan
Sementara itu, Astra International (ASII) terus memperbesar portofolionya di sektor kesehatan. Sejak pandemi COVID-19, ASII telah menginvestasikan sekitar US$35 juta di Halodoc. Melalui anak usahanya, PT Astra Digital Internasional, ASII menambah investasinya dalam pendanaan Seri D Halodoc sebesar US$100 juta. Total investasi Astra di platform layanan kesehatan daring ini kini mencapai US$135 juta atau sekitar Rp2,02 triliun.
Terbaru, pada Februari lalu, ASII meningkatkan kepemilikannya di Halodoc menjadi 31,34% melalui transaksi senilai US$57 juta (Rp900 miliar). Dalam laporan keuangan 2024, Astra menegaskan ambisinya untuk menjadi pemain kunci di sektor kesehatan Indonesia, dengan fokus pada efisiensi biaya dan peningkatan kualitas layanan.
Secara total, investasi Astra di sektor kesehatan telah mencapai Rp5,2 triliun. Menurut Tira Ardianti, Kepala Hubungan Investor Astra, perusahaan kini memprioritaskan dua sektor strategis: kesehatan dan energi terbarukan. Selain Halodoc, ASII juga menambah kepemilikannya di PT Medikaloka Hermina (HEAL), operator rumah sakit nasional.
“Kami melihat sektor ini sangat menjanjikan karena kebutuhan akan pengembangan layanan kesehatan di Indonesia masih sangat tinggi. Astra siap ambil bagian,” ujar Tira.