Pasar saham Asia memulai perdagangan Selasa (27 Mei 2025) dengan pergerakan yang cenderung hati-hati, sementara para pelaku pasar terus mencermati perkembangan terbaru dalam negosiasi perdagangan internasional yang berpotensi memengaruhi permintaan terhadap aset Amerika Serikat.
Menurut laporan Bloomberg, indeks MSCI Asia Pasifik dibuka nyaris stagnan, dengan penurunan tercatat di bursa Jepang dan Korea Selatan. Hang Seng di Hong Kong melemah 1,5%, sedangkan indeks Topix turun 0,1%. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 di Australia mencatat perubahan yang sangat tipis.
Di sisi lain, dolar AS mengalami pelemahan di awal sesi perdagangan Asia, mendekati titik terendah dalam hampir dua tahun terakhir. Hal ini mencerminkan menurunnya minat investor terhadap aset-aset berbasis dolar.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun dua basis poin, sementara yield obligasi Jepang tenor 40 tahun merosot menjelang lelang yang dijadwalkan.
Kontrak berjangka untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq 100 melonjak lebih dari 1%, dipicu oleh kembalinya aktivitas pasar setelah libur nasional di AS dan Inggris serta kesepakatan Uni Eropa untuk mempercepat perundingan dagang dengan Washington.
Isu tarif kembali menjadi sorotan utama, dan pelaku pasar mencermati secara seksama bagaimana pemerintahan Presiden Donald Trump akan bersikap terhadap Jepang dan India, menyusul membaiknya dialog dengan Tiongkok awal bulan ini.
Ketegangan dalam perdagangan global dan kekhawatiran atas posisi fiskal AS telah berdampak negatif terhadap minat terhadap aset Amerika, yang terlihat paling jelas dalam pelemahan dolar.
“Setiap perkembangan terkait tarif berpotensi memicu volatilitas lebih lanjut di pasar valuta asing dan menekan nilai tukar dolar AS,” ujar Kristina Clifton, ekonom senior dan pakar strategi mata uang dari Commonwealth Bank of Australia dalam sebuah catatan.
Ia juga menyebutkan adanya kemungkinan bahwa Presiden Trump akan mengumumkan tarif baru atas produk farmasi, sektor di mana Uni Eropa merupakan eksportir utama ke AS.
Keputusan Uni Eropa untuk mempercepat proses negosiasi dinilai sebagai sinyal pendekatan yang lebih kooperatif, tak lama setelah Trump mengkritik blok tersebut karena dianggap mengambil keuntungan dari AS. Selain itu, Presiden Trump diketahui telah menunda pemberlakuan tarif tambahan terhadap UE dari 1 Juni menjadi 9 Juli 2025.
Pelemahan dolar AS terlihat jelas, dengan indeks spot dolar Bloomberg mencatatkan level penutupan terendah sejak Juli 2023. Nilai tukar dolar juga tertekan terhadap berbagai mata uang utama seperti euro, yen, pound sterling, dan franc Swiss.
Di kawasan Asia, otoritas moneter Tiongkok menginstruksikan bank-bank besar untuk meningkatkan penggunaan yuan dalam transaksi perdagangan lintas batas. Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Tiongkok untuk memperluas penggunaan mata uang domestik di tengah tekanan dari kebijakan tarif AS.
Seiring dengan upaya AS untuk memulangkan manufaktur ke dalam negeri, pemerintahan Xi Jinping juga mempertimbangkan langkah-langkah untuk meningkatkan produksi teknologi berteknologi tinggi di dalam negeri.