PGEO Pacu Proyek Panas Bumi, Tambah 395 MW dan Incar Kapasitas 1 GW Tahun Ini

4 Min Read

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) terus mempercepat ekspansi kapasitas terpasang energi panas bumi nasional, termasuk lewat proyek quick-win dengan tambahan daya hingga 395 megawatt (MW). Salah satu proyek strategis tersebut adalah Lumut Balai Unit 2 yang ditargetkan mulai beroperasi komersial pada Juni 2025 dan menyumbang tambahan 55 MW.

Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi, menyatakan bahwa perusahaan menargetkan kapasitas terpasang panas bumi mencapai 1 gigawatt (GW) pada tahun ini melalui sejumlah proyek besar dan strategis.

- Advertisement -

“Proyek kami sudah terdefinisi dengan jelas, dengan quick wins yang dirancang untuk mencapai target 1 GW,” ujarnya baru-baru ini.

Tambahan kapasitas ini akan didukung oleh proyek-proyek yang tengah berjalan, termasuk PLTP Hululais yang memiliki kapasitas terencana 2 x 55 MW. PGEO juga tengah mengembangkan proyek co-generation untuk mengoptimalkan potensi lapangan panas bumi yang telah beroperasi.

“Lumut Balai diharapkan mulai beroperasi dalam 1–2 minggu ke depan. Proyek-proyek ini sangat krusial untuk menambah kapasitas kami secara bertahap,” tambah Julfi.

Anggaran dan Sumber Dana Ekspansi

Tahun ini, PGEO mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar US$319 juta, dengan rincian US$289 juta untuk pertumbuhan organik dan US$30 juta untuk pengembangan inorganik.

PGEO juga berharap kerja sama dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dapat mendorong pembiayaan proyek strategis panas bumi. Harapan ini disampaikan Julfi dalam paparan kinerja tahunan 2024 di Jakarta, Rabu (26/3/2025).

- Advertisement -

Sebelumnya, PGEO telah mengamankan pendanaan sebesar US$265 juta guna mempercepat pencapaian target kapasitas 1 GW yang dicanangkan sejak akhir 2023. Target tersebut didasarkan pada potensi tambahan listrik sebesar 340 MW yang dapat dikembangkan untuk melengkapi kapasitas terpasang saat ini sebesar 672 MW.

Untuk proyek Lumut Balai Unit 2, pembiayaan berasal dari pinjaman Japan International Cooperation Agency (JICA) senilai JPY 26,966 juta atau sekitar US$188,6 juta (sekitar Rp2,83 triliun).

Saat ini, PGEO mengelola 15 wilayah kerja panas bumi dengan total kapasitas terpasang 1.877,5 MW. Dari jumlah tersebut, 672,5 MW dioperasikan langsung oleh PGEO, sementara sisanya sebesar 1.205 MW berada di bawah skema kontrak operasi bersama (joint operation contract).

Kolaborasi dengan PLN untuk Proyek Co-Generation

Untuk pengembangan proyek co-generation, PGEO—yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero)—telah menjalin kemitraan dengan PT PLN Indonesia Power melalui pembentukan perusahaan patungan, di mana PGEO akan menjadi pemegang saham mayoritas.

Direktur Keuangan PGEO, Yurizki Rio, menjelaskan bahwa kesepakatan pembagian saham telah disepakati dengan komposisi PGEO memegang antara 51% hingga 70% saham.

“Kesepakatan kami finalisasi sekitar sebulan lalu. Aset co-generation akan dikonsolidasikan ke dalam PGEO,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (26/3/2025).

Proyek co-generation ini memiliki potensi kapasitas listrik hingga 230 MW. Pada fase awal, akan dikembangkan kapasitas sebesar 45 MW melalui PLTP Lahendong Binary Unit (15 MW) dan PLTP Ulubelu Binary Unit (30 MW), dengan total investasi mencapai sekitar US$165 juta. Proyek ini telah tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 milik PLN.

Kontribusi Keuangan dan Proyeksi

Yurizki menambahkan bahwa negosiasi dengan PLN terkait perjanjian pemegang saham dan skema independent power producer (IPP) masih berlangsung. Ia optimistis proyek co-generation akan menjadi pendorong pendapatan dan laba perusahaan setelah mencapai operasi komersial pada Desember 2026.

“Harga jual rata-rata listrik kami sekitar 8 sen AS per kWh. Jika diaplikasikan pada kapasitas 45 MW, ini bisa signifikan menambah pendapatan,” ungkapnya.

Dalam laporan keuangan 2024, PGEO membukukan laba bersih sebesar US$160,49 juta (sekitar Rp2,67 triliun), turun tipis 1,89% dibandingkan US$163,59 juta (sekitar Rp2,72 triliun) pada 2023. Pendapatan perusahaan naik 0,20% menjadi US$407,12 juta dari US$406,28 juta tahun sebelumnya. Sementara itu, beban pokok pendapatan naik 4,13% menjadi US$164,88 juta dari US$158,35 juta.

Share This Article