PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), emiten properti di bawah naungan Sinar Mas Land, masih diyakini memiliki sederet katalis positif untuk mengerek kinerjanya pada sisa tahun ini, meskipun mencatatkan penurunan laba tajam pada kuartal I/2025.
Beberapa faktor pendukung antara lain penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, optimalisasi insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) pada kuartal II/2025, serta realisasi marketing sales yang solid.
Berdasarkan laporan keuangan terbaru, BSDE mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp320,62 miliar sepanjang Januari–Maret 2025, anjlok 77,73% dibandingkan Rp1,44 triliun pada periode sama tahun lalu.
Dari sisi pendapatan usaha konsolidasian, BSDE membukukan Rp2,70 triliun, dengan penjualan unit properti, lahan, dan strata title menjadi kontributor utama senilai Rp2,30 triliun atau 85,31% dari total. Segmen sewa menyumbang Rp232,73 miliar (8,62%), pengelolaan gedung Rp94,25 miliar (3,49%), dan segmen lain seperti jalan tol dan layanan air sebesar Rp74,72 miliar (2,77%).
Direktur BSDE Hermawan Wijaya menjelaskan bahwa pelemahan laba pada awal tahun ini merupakan fase normalisasi setelah mencetak kinerja tertinggi selama lima tahun terakhir. “Meski dihadapkan pada dinamika ekonomi dan siklus musiman, fundamental bisnis kami tetap solid,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (26/5/2025).
Secara operasional, BSDE mencatatkan laba kotor Rp1,70 triliun dengan beban pokok penjualan Rp1 triliun. Laba usaha tercatat Rp595,47 miliar atau margin usaha 22,05%. Sementara margin kotor 62,82% dan margin bersih 11,87%. Return on Assets (ROA) berada di level 1,82% dan Return on Equity (ROE) 2,85%.
Dari sisi neraca, total aset BSDE mencapai Rp75,92 triliun, sementara liabilitas turun menjadi Rp27,47 triliun dari sebelumnya Rp28,70 triliun. Ekuitas meningkat 2,38% menjadi Rp48,45 triliun.
Tantangan Awal Tahun: Penjualan Lemah dan Beban Meningkat
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Yasmin Soulisa menyoroti lemahnya pengakuan penjualan properti dan nihilnya kontribusi dari segmen konstruksi sebagai biang kerok penurunan laba. Penurunan margin kotor juga terjadi meski naik dari 59,7% pada kuartal I/2024.
Seiring penurunan kinerja, Ciptadana merevisi proyeksi pendapatan BSDE sepanjang 2025 menjadi Rp11,42 triliun—turun 17,2% year-on-year dan 18,8% lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Sementara itu, analis Sucor Sekuritas Niko Pandowo menyebutkan lonjakan biaya umum dan administrasi sebagai penyebab tambahan dari penurunan laba. Biaya ini naik 32% YoY menjadi Rp571 miliar, didorong oleh gaji dan belanja teknologi informasi. Meski demikian, Sucor tetap mempertahankan target laba 2025 sebesar Rp2,2 triliun.
Katalis Positif: Insentif PPN DTP dan Serapan Pemasaran Tinggi
Niko menjelaskan bahwa BSDE punya peluang untuk bangkit di kuartal mendatang, dengan dukungan dari beberapa faktor: jumlah hari libur yang lebih sedikit, peningkatan penjualan tanah, insentif PPN DTP yang diperpanjang, dan normalisasi beban administrasi.
Selain itu, realisasi marketing sales sebesar Rp2,4 triliun pada Januari–Maret 2025—naik 9% YoY—menjadi sinyal positif. Capaian ini telah memenuhi 26% dari target tahunan BSDE sebesar Rp10 triliun.
Tak kalah penting, BSDE juga telah melunasi sisa obligasi dalam dolar AS senilai US$89 juta. Dengan demikian, seluruh portofolio utang kini dalam denominasi rupiah sebesar Rp13,7 triliun—turun 5% dari kuartal sebelumnya. “Penghapusan eksposur terhadap utang dolar mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar dan menstabilkan laba,” ujar Niko.
Ciptadana Sekuritas pun turut menilai positif langkah ini, dan tetap optimistis BSDE bisa mencapai target prapenjualan tahunan. “Didukung peluncuran produk baru, insentif PPN DTP, dan program Move in Quickly, kami yakin target Rp10 triliun bisa dicapai,” kata Yasmin. Penurunan suku bunga BI juga dinilai memberi angin segar bagi industri properti nasional sepanjang 2025.
Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.