Prospek Cerah Bisnis Nikel dan Emas Antam, JP Morgan Naikkan Target Harga Saham Jadi Rp3.850

4 Min Read

Prospek bisnis nikel dan emas PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) diperkirakan bakal melampaui ekspektasi, bahkan setelah membukukan kinerja gemilang pada kuartal I/2025. Dalam riset terbaru JP Morgan yang dirilis pada Jumat (31/5/2025), analis Benny Kurniawan dan tim menyoroti bahwa penambahan izin tambang bijih nikel menjadi sinyal kuat akan optimisme Antam memasuki paruh kedua tahun ini.

Di tengah sentimen hati-hati dari investor, JP Morgan justru menaikkan target harga saham ANTM dari Rp3.100 menjadi Rp3.850 per lembar, seiring dengan proyeksi kenaikan laba sepanjang 2025–2026. “Katalis jangka pendek lainnya termasuk percepatan proses perizinan dan potensi pengumuman pembagian dividen 100% pada 12 Juni mendatang,” demikian bunyi laporan tersebut.

- Advertisement -

Tambah Produksi, Target Laba Melesat

ANTM telah merampungkan proses perizinan untuk produksi 17 juta ton bijih nikel pada tahun ini dan sedang mengajukan tambahan kuota sebesar 4 juta ton per tahun, jauh di atas estimasi sebelumnya yang hanya 15 juta ton. JP Morgan menilai bahwa kenaikan baik dari sisi volume maupun harga jual rata-rata bijih nikel akan menopang kinerja perusahaan hingga 2027.

Meskipun kinerja kuartal I/2025 sudah ditopang oleh tingginya premium saprolite ore dan volume penjualan emas, JP Morgan memperkirakan performa semester II akan lebih kuat. “Percakapan kami dengan pelaku industri dan manajemen ANTM menunjukkan bahwa premium bijih nikel dan volume penjualan emas meningkat signifikan sepanjang April–Mei,” ungkap JP Morgan.

Laporan tersebut memproyeksikan laba kuartal II/2025 akan mencapai Rp2,7 triliun, naik 32% secara kuartalan (QoQ) dan 138% secara tahunan (YoY). Dengan demikian, laba semester I/2025 diperkirakan mencapai Rp4,7 triliun, mendekati konsensus pasar sebesar Rp5,8 triliun untuk sepanjang tahun.

- Advertisement -

Revisi Proyeksi Laba & Potensi Risiko

JP Morgan mempertahankan rekomendasi overweight untuk saham ANTM, didorong oleh kekuatan volume produksi emas dan tingginya premium bijih nikel. Proyeksi laba bersih perusahaan pun direvisi naik, masing-masing menjadi Rp8,67 triliun untuk 2025 dan Rp8,94 triliun untuk 2026, meningkat 22,6% dan 28,7% dari estimasi sebelumnya.

Namun demikian, lembaga riset tersebut turut menyoroti sejumlah risiko, seperti potensi penundaan proyek nikel serta perubahan pada jajaran manajemen kunci, yang bisa mengganggu momentum pertumbuhan ANTM ke depan.

Proyek Dragon & Ekspansi Smelter Nikel

Salah satu proyek strategis Antam saat ini adalah Proyek Dragon yang dikembangkan bersama mitra asal Tiongkok, yakni CATL, Brunp, dan Lygend. Proyek ini berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara, dan dirancang memiliki kapasitas produksi 88 kiloton per tahun (ktpa) untuk nickel pig iron (NPI) dan 55 ktpa untuk nikel yang diproses menggunakan teknologi high-pressure acid leach (HPAL).

ANTM akan menyuplai bijih nikel dengan kebutuhan saprolite ore sebesar 7 juta ton per tahun. JP Morgan memperkirakan proyek ini dapat menyumbang tambahan laba lebih dari Rp900 miliar pada 2027.

Industri Smelter Terus Bertumbuh

Investasi di sektor hilirisasi nikel Indonesia terus bertumbuh, seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan baku baterai kendaraan listrik global. Data dari Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) menunjukkan bahwa jumlah pabrik pengolahan nikel di Indonesia telah mencapai 95 smelter dan diperkirakan meningkat menjadi 145 smelter.

Meski sebagian besar smelter masih menggunakan teknologi rotary kiln-electric furnace (RKEF) yang menghasilkan produk setengah jadi seperti NPI dan feronickel (FeNi), pembangunan smelter limonit dengan teknologi HPAL juga terus dipacu. Upaya hilirisasi ini diyakini akan berkelanjutan, meski di tengah kekhawatiran menipisnya cadangan bahan baku.

Selain meningkatkan penerimaan negara melalui royalti yang signifikan, kehadiran industri nikel juga menciptakan multiplier effect terhadap perekonomian daerah—memberikan lapangan kerja dan meningkatkan aktivitas ekonomi lokal.

Share This Article