Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan lonjakan signifikan pada nilai ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya sepanjang Januari hingga April 2025. Kenaikan tersebut mencapai 20% secara kumulatif dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa sebagian besar komoditas unggulan nonmigas mencatatkan peningkatan nilai ekspor, dengan pengecualian batu bara yang mengalami penurunan.
“Nilai ekspor CPO dan turunannya mencapai US$7,05 miliar pada Januari—April 2025, naik dari US$5,87 miliar pada periode yang sama tahun lalu,” ujar Pudji dalam rilis resmi BPS pada Senin (2/6/2025).
Meskipun nilai ekspornya melonjak, volume ekspor CPO dan produk turunannya justru turun menjadi 6,41 juta ton dari sebelumnya 6,78 juta ton. Namun, harga jual rata-rata di pasar global naik drastis, dari US$869,16 per ton pada awal 2024 menjadi US$1.099,82 per ton di tahun ini — meningkat 26,54%.
Selain CPO, komoditas besi dan baja juga menunjukkan tren positif. Nilai ekspor besi dan baja meningkat 6,62% secara kumulatif menjadi US$8,81 miliar dari US$8,26 miliar tahun lalu.
Volume ekspor pun naik dari 6,86 juta ton menjadi 7,23 juta ton, sementara harga globalnya sedikit terkerek dari US$1.205,13 menjadi US$1.217,82 per ton, atau naik 1,05%.
Sebaliknya, batu bara mengalami kontraksi. Nilai ekspor komoditas ini menyusut hampir 10% menjadi US$8,17 miliar dari sebelumnya US$10,18 miliar. Volume ekspor juga melemah 5,79% menjadi 122,76 juta ton, dibandingkan 130 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Rata-rata harga per ton turut merosot 14,92%, dari US$78,20 menjadi US$66,53.
BPS mencatat, ketiga komoditas ini — CPO, besi dan baja, serta batu bara — menyumbang sekitar 29,10% dari total ekspor nonmigas Indonesia selama empat bulan pertama tahun ini.