Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa nilai tukar petani (NTP) mengalami kenaikan tipis sebesar 0,07% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Mei 2025, mencapai angka 121,15. Angka ini naik dibandingkan posisi April 2025 yang tercatat di 121,06.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa kenaikan ini terjadi karena penurunan indeks harga yang dibayarkan petani (Ib) lebih besar dibandingkan penurunan indeks harga yang diterima petani (It).
Tercatat, It turun 0,24% dari 150,19 di April menjadi 149,84 pada Mei. Sementara itu, Ib mengalami penurunan lebih tajam, yakni 0,31%, dari 124,07 menjadi 123,68.
“Beberapa komoditas utama yang berkontribusi terhadap penurunan indeks harga yang diterima petani secara nasional antara lain cabai rawit, bawang merah, cabai merah, serta kelapa sawit,” jelas Pudji dalam siaran resmi BPS, Senin (2/6/2025).
Secara subsektoral, sektor hortikultura mengalami tekanan terbesar. Pudji menyebut subsektor ini mencatat penurunan NTP sebesar 8,07% secara bulanan, dipicu oleh anjloknya It sebesar 8,36%, yang lebih dalam dibandingkan penurunan Ib yang hanya 0,31%.
“Penurunan tajam It di subsektor hortikultura terutama disebabkan oleh harga cabai rawit, bawang merah, cabai merah, dan kentang yang menurun signifikan,” tambahnya.
Di sisi lain, nilai tukar nelayan (NTN) juga tercatat turun sebesar 0,06%. Penurunan ini disebabkan oleh merosotnya It sebesar 0,27%, yang tidak tertutupi oleh penurunan Ib sebesar 0,22%. Pudji menyebutkan bahwa komoditas perikanan seperti tongkol, selar, ketamba, dan cakalang menjadi faktor utama penurunan harga di kalangan nelayan.