Usulan pembagian dividen final PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) menjadi perhatian utama di pasar pada Senin sore, 2 Juni 2025. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) hari ini, manajemen mengajukan dividen sebesar USD 0,00975 per saham, setara Rp158,9 dengan asumsi kurs Rp16.300 per dolar AS. Dividend yield yang dihasilkan mencapai 7,22 persen berdasarkan harga penutupan saham sebelumnya.
Angka tersebut termasuk menarik secara nominal, khususnya di tengah kondisi sektor energi dan tambang yang sedang menyesuaikan strategi di tengah siklus komoditas yang melemah. Namun, yield ini masih di bawah ekspektasi sejumlah analis, termasuk tim IndoPremier Wealth Management, yang sempat memproyeksikan dividen final lebih tinggi berkat alokasi kas perusahaan yang dianggap solid.
Reaksi investor pun beragam. Sebagian yang mengincar ADRO sebagai saham dividend play mungkin merasa kurang puas, tetapi secara keuangan perusahaan tetap menunjukkan posisi konservatif dengan kas sehat dan manajemen yang berhati-hati dalam membagikan dividen. Langkah ini dinilai sebagai sinyal kesiapan menghadapi ketidakpastian pasar, terutama terkait harga batu bara global yang masih bergejolak.
Penurunan yield ini dapat dipandang sebagai strategi manajemen untuk menjaga fleksibilitas finansial, menghindari pengeluaran kas berlebihan demi memenuhi ekspektasi sesaat. Dalam industri yang sangat sensitif terhadap siklus komoditas, strategi konservatif ini dianggap bijak demi kelangsungan bisnis jangka panjang.
Pasar langsung merespons pengumuman dividen tersebut dengan koreksi harga saham ADRO. Pada penutupan perdagangan Senin (2/6), saham ADRO turun 70 poin atau 3,18% ke level Rp2.130 per saham. Volume transaksi mencapai 137,73 juta lembar, jauh melampaui rata-rata harian sekitar 101,57 juta lembar saham.
Penurunan ini sejalan dengan realisasi dividen yang di bawah ekspektasi dan kekhawatiran akan arah strategi perusahaan di tengah kondisi pasar batu bara yang belum pulih. Tekanan jual juga dipicu oleh investor yang sebelumnya mengincar dividen besar dan kini memilih profit taking atau cut loss.
Meski begitu, volume perdagangan yang meningkat menandakan adanya rotasi posisi cukup signifikan. Sebagian investor memanfaatkan momentum koreksi sebagai peluang akumulasi di harga lebih rendah, percaya pada potensi pemulihan sektor batu bara dalam jangka menengah.
Secara teknikal, koreksi lebih dari 3% dalam satu hari menjadi sinyal waspada, terutama jika berlanjut beberapa hari ke depan. Namun, jika harga mampu bertahan di atas level support kuat dan tekanan jual mereda, ADRO berpeluang kembali stabil berkat fundamental yang kuat dan dividen yang tetap menarik.
Koreksi harga hari ini bukan semata reaksi negatif terhadap dividen, melainkan cerminan bagaimana pasar menilai kebijakan manajemen dalam menyeimbangkan imbal hasil jangka pendek dan ketahanan bisnis jangka panjang. Bagi investor yang sabar dan strategis, situasi ini mungkin membuka peluang baru.