Obligasi korporasi masih menjadi incaran utama investor institusi di tengah tren penurunan suku bunga acuan. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per akhir Mei 2025, terdapat 818 seri obligasi korporasi yang beredar. Dari jumlah tersebut, sebanyak 10 seri tercatat sebagai favorit investor institusi berdasarkan jumlah kepemilikan efek terbesar.
Menariknya, Obligasi Berkelanjutan I Telkom Tahap I Tahun 2015 Seri B (kode TLKM01BCN1) menjadi yang paling diburu. Obligasi yang diterbitkan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. ini menawarkan kupon tinggi sebesar 10,25% per tahun, dengan nilai pokok Rp2,1 triliun dan jatuh tempo pada 23 Juni 2025. Seri ini dikuasai investor institusi sebanyak 1,32 triliun unit atau 62,83% dari total efek beredar.
Meski kinerjanya sedikit tertekan, Telkom masih menunjukkan daya tarik kuat di pasar obligasi. Per kuartal I/2025, perseroan mencatatkan laba bersih Rp5,81 triliun atau turun 4,01% year-on-year (YoY). Pendapatan Telkom juga terkoreksi 2,11% menjadi Rp36,6 triliun. Penurunan ini dipengaruhi oleh musim Lebaran dan kondisi pasar yang menantang, termasuk turunnya average revenue per user (ARPU) seluler sebesar 6,5% menjadi Rp42.400.
Meski demikian, Telkom tetap agresif dalam pengembangan jaringan. Sepanjang kuartal I/2025, perusahaan merealisasikan belanja modal (capex) Rp5 triliun—sekitar 13,5% dari pendapatan—dengan lebih dari 50% dialokasikan untuk infrastruktur digital seperti serat optik, menara, dan satelit.
Selain Telkom, sembilan seri obligasi korporasi lainnya juga menarik perhatian investor institusi:
- BBRI02ECN1 – Bank Rakyat Indonesia (BBRI): Kupon 8,9%, nilai pokok Rp2,35 triliun, jatuh tempo 1 Desember 2026. Dimiliki institusi sebanyak 50,17%.
- PPLN03DCN6 – PLN: Kupon 8,7%, nilai pokok Rp1,46 triliun, jatuh tempo 18 Februari 2035. Dikuasai institusi 74,64%.
- BMRI01CCN1 – Bank Mandiri: Kupon 8,65%, nilai pokok Rp2,4 triliun, jatuh tempo 30 September 2026. Dimiliki institusi 60,41%.
- PTHK01BCN3 – Hutama Karya: Kupon 8,4%, pokok Rp2,37 triliun, jatuh tempo 24 September 2027. Dimiliki institusi 76,21%.
- WSKT04B – Waskita Karya: Kupon 7,55%, pokok Rp1,47 triliun, jatuh tempo 12 Mei 2029. Dikuasai institusi 76,5%.
- SMII03CN2 – Sarana Multi Infrastruktur: Kupon 6,97%, pokok Rp3,53 triliun, jatuh tempo 8 November 2025. Dimiliki institusi 33,2%.
- BBNI01AGN – Bank Negara Indonesia (BBNI): Green Bond dengan kupon 6,35%, pokok Rp4 triliun, jatuh tempo 21 Juni 2025. Dimiliki institusi 24,41%.
- BMRI01BGNCN1 – Bank Mandiri: Green Bond dengan kupon 6,1%, pokok Rp3,05 triliun, jatuh tempo 4 Juli 2028. Dikuasai institusi 57,57%.
- ASDF06BCN1 – Astra Sedaya Finance: Kupon 6%, pokok Rp1,97 triliun, jatuh tempo 6 Juli 2026. Dimiliki institusi 56,13%.
Aset Pendapatan Tetap Kian Dilirik
Menurut analis BRI Danareksa Sekuritas, Helmy Kristanto dan Kefas Sidauruk, minat investor terhadap obligasi korporasi meningkat seiring pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia dari 5,75% menjadi 5,5% pada Mei 2025. Penurunan ini berdampak pada turunnya imbal hasil Sekuritas Rupiah BI (SRBI) dari puncak 7,4% menjadi 6,27%.
“Penurunan imbal hasil SRBI mendorong rotasi aset ke obligasi korporasi yang memberikan yield lebih tinggi,” ungkap keduanya dalam riset tertanggal 2 Juni 2025.
Selain itu, adanya gap sebesar Rp37 triliun antara nilai jatuh tempo SRBI (Rp118 triliun) dan penerbitan baru (Rp81 triliun), serta perbedaan imbal hasil hingga 100 basis poin, mempercepat arus masuk ke pasar obligasi korporasi.
Dengan tren ini, pasar obligasi diperkirakan semakin semarak, khususnya bagi seri-seri yang menawarkan kupon kompetitif dan tingkat kepercayaan investor institusi yang tinggi.
Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.