Mendag Ungkap Tiga Penyebab Ritel Modern Banyak Berguguran

3 Min Read

Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan sejumlah alasan di balik banyaknya toko ritel modern yang terpaksa menutup gerainya secara permanen. Menurutnya, perubahan perilaku konsumen menjadi salah satu faktor utama yang memicu penurunan kinerja sektor ini.

Dalam pernyataannya usai berdiskusi dengan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Budi menyoroti kurangnya inovasi dalam memberikan pengalaman berbelanja yang menarik di ritel modern. Ia mengatakan bahwa konsumen saat ini tidak hanya mencari produk, tetapi juga menginginkan pengalaman seperti hiburan atau tempat bersantai.

- Advertisement -

“Dari diskusi kami dengan APPBI, ritel modern yang hanya mengandalkan penjualan tanpa menawarkan pengalaman tambahan akan sulit bersaing, terutama dengan UMKM,” ujar Budi di Jakarta, Rabu (4/6).

Selain itu, Budi mencatat adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat. Jika sebelumnya konsumen cenderung berbelanja bulanan, kini tren bergeser ke pola belanja harian dengan frekuensi yang lebih tinggi namun dalam jumlah kecil.

Hal ini berdampak pada penurunan pendapatan toko-toko ritel besar, karena masyarakat lebih memilih berbelanja di warung atau toko kecil di sekitar tempat tinggal mereka.

Mendag menegaskan bahwa pelaku usaha ritel perlu segera beradaptasi dengan perubahan tren tersebut. Transformasi bisnis dinilai penting untuk tetap relevan di tengah persaingan dan perubahan gaya hidup masyarakat.

- Advertisement -

“Kalau pusat perbelanjaan hanya berfungsi sebagai tempat berbelanja tanpa menghadirkan area makan, nongkrong, atau berkumpul, maka akan sulit menarik pengunjung,” jelasnya.

Kemendag Yakin Sektor Ritel Masih Punya Peluang Tumbuh

Di sisi lain, Kementerian Perdagangan tetap optimistis sektor ritel nasional akan terus berkembang. Direktur Bina Usaha Perdagangan Kemendag, Septo Soepriyatno, menyatakan bahwa meskipun sejumlah toko ritel menutup operasionalnya, peluang pertumbuhan tetap terbuka selama didukung oleh ekosistem industri yang sehat.

“Kami yakin sektor ritel Indonesia masih akan tumbuh secara positif dan moderat,” ujarnya, seperti dikutip dari Antara.

Septo menambahkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan sektor swasta menjadi kunci untuk menguatkan daya beli masyarakat. Selain itu, Kemendag berencana meninjau ulang regulasi terkait distribusi barang secara langsung maupun melalui perdagangan digital (PSME), guna memastikan aturan yang ada tetap relevan dengan perkembangan zaman.

Kemendag juga akan rutin mengadakan dialog dengan pelaku usaha ritel untuk menggali peluang baru serta menghadapi tantangan bisnis saat ini. Pendampingan berbasis data akan diberikan untuk membantu pelaku ritel menyesuaikan diri dengan ekosistem digital yang terus berkembang.

Share This Article