Trump Restui Ekspansi Tambang Batu Bara demi Dongkrak Ekspor ke Asia

3 Min Read

Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat memberikan lampu hijau atas rencana perluasan tambang batu bara oleh Signal Peak Energy, perusahaan tambang asal Montana.

Keputusan ini merupakan respons terhadap status darurat energi yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump, dan bertujuan mendorong peningkatan ekspor batu bara ke negara-negara mitra seperti Jepang dan Korea Selatan.

- Advertisement -

Dengan izin ini, Signal Peak Energy akan menambang tambahan 22,8 juta ton batu bara di lahan federal serta 34,5 juta ton dari lahan nonfederal. Selain itu, izin operasi tambang Bull Mountains juga diperpanjang selama sembilan tahun.

Doug Burgum, Menteri Dalam Negeri yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Dominasi Energi di bawah pemerintahan Trump, menyampaikan bahwa keputusan ini memperkuat hubungan dagang AS melalui jalur energi.

“Deklarasi darurat energi oleh Presiden Trump memberi ruang bagi kami untuk bertindak cepat, memangkas proses birokratis, dan memastikan keamanan energi nasional melalui ekspor yang strategis,” kata Burgum dalam wawancaranya dengan Reuters pada Minggu (8/6/2025).

- Advertisement -

Presiden Trump sendiri mendeklarasikan keadaan darurat energi nasional saat pertama kali menjabat pada 20 Januari 2025. Langkah ini ditujukan untuk mempercepat perizinan, menghapus sejumlah perlindungan lingkungan, serta menarik Amerika dari beberapa komitmen internasional terkait perubahan iklim.

Proposal ekspansi tambang oleh Signal Peak sebenarnya telah diajukan sejak 2020 kepada Kantor Reklamasi dan Penegakan Pertambangan Permukaan (OSMRE), namun baru kini mendapat persetujuan setelah melalui proses peninjauan panjang dan tuntutan hukum.

Departemen Dalam Negeri telah menyelesaikan kajian dampak lingkungan untuk proyek ini sesuai kebijakan baru yang mengharuskan evaluasi dilakukan dalam waktu maksimal 28 hari.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, Burgum bersama Menteri Energi Chris Wright dan Kepala EPA Lee Zeldin mengunjungi Alaska untuk mendorong proyek ekspor gas alam cair (LNG) dan komoditas energi lainnya ke Asia.

Tambang Bull Mountains yang terletak di antara wilayah Musselshell dan Yellowstone, Montana, saat ini mempekerjakan lebih dari 250 pekerja.

Mayoritas hasil produksinya ditujukan untuk ekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Namun, ekspansi ini menuai penolakan dari kelompok lingkungan hidup yang mengkhawatirkan dampaknya terhadap sumber air, emisi karbon, dan keberlanjutan ekosistem lokal.

“Tidak masuk akal jika kita harus merusak iklim, mengancam sumber air dan satwa liar, serta mengganggu kelangsungan peternakan lokal hanya demi mengirim batu bara ke luar negeri untuk dibakar,” ujar Anne Hedges, Direktur Eksekutif Montana Environmental Information Center.

Share This Article