PGAS Cetak Kinerja Saham Cemerlang, Tapi Analis Masih Netral: Ini Alasannya

4 Min Read

Meski saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) mencatat kinerja impresif sepanjang 2025, mayoritas analis dari berbagai sekuritas masih bersikap netral terhadap prospek emiten energi tersebut.

Menurut data terminal Bloomberg per Rabu (11/6/2025), dari 22 sekuritas yang mengulas saham PGAS, 10 di antaranya memberi rekomendasi hold, sembilan menyarankan buy, dan dua lainnya merekomendasikan sell. Konsensus target harga saham PGAS berada di kisaran Rp1.752, atau sekitar 6,56% di bawah harga penutupan sesi I hari itu yang tercatat di level Rp1.875 per saham.

- Advertisement -

Salah satu faktor utama yang menahan optimisme analis adalah potensi penurunan spread margin — selisih antara harga jual dan harga beli gas — yang dapat menekan profitabilitas perseroan.

Panin Sekuritas, dalam riset terbarunya pada Kamis (5/6/2025), menurunkan rekomendasi saham PGAS dari buy menjadi hold, meski tetap mempertahankan target harga Rp1.900. Analis Andhika Audrey menjelaskan bahwa penurunan spread margin dari US$2,5 menjadi kisaran US$1,6–US$1,8 per MMBTU menjadi alasan utama sikap konservatif Panin untuk jangka pendek.

“Secara umum, kami mempertahankan pandangan konservatif untuk jangka pendek, namun tetap membuka ruang rerating untuk jangka panjang jika proyek infrastruktur gas nasional berjalan konsisten,” ujar Andhika.

- Advertisement -

Ia juga menyoroti perjanjian swap gas domestik sebagai katalis positif, terutama untuk mengamankan pasokan di wilayah Sumatera dan Jawa bagian barat. Dari sisi non-operasional, PGAS disebut telah menyisihkan dana US$70 juta–US$80 juta untuk menangani gugatan arbitrase dari Gunvor.

Sementara itu, JP Morgan juga menyoroti penurunan margin distribusi gas PGAS dalam laporan bertajuk Indonesia Cement, Energy and Utilities (30/5/2025). Analis Arnanto Januri dan Henry Wibowo menyatakan bahwa margin distribusi gas PGAS pada kuartal I/2025 berada di bawah ekspektasi, yakni hanya US$1,6 per MMBTU, dibandingkan harapan pasar sebesar US$2 per MMBTU.

“Kami menilai harapan margin distribusi gas di level US$2 terlalu optimistis,” tulis mereka.

JP Morgan memproyeksikan margin distribusi PGAS akan mencapai US$1,8 pada 2025 dan naik menjadi US$1,9 per MMBTU di 2026. Ditegaskan pula bahwa setiap penurunan US$0,1 dalam margin distribusi berpotensi memengaruhi laba per saham (EPS) sekitar 8%. JP Morgan sendiri masih menempatkan rating hold dengan target harga Rp1.500, yang belum diperbarui sejak Januari 2025.

Di sisi lain, Binaartha Sekuritas tetap optimistis dan mempertahankan rekomendasi buy terhadap saham PGAS dengan target harga Rp2.040. Dalam laporannya tertanggal 27 Mei 2025, analis Eka Rahmawati Rahman menyebut kepastian pemerintah mengenai Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) menjadi landasan utama optimisme tersebut.

“Keberhasilan PGAS dalam mengamankan pasokan baru dan meningkatnya permintaan domestik juga menjadi pendorong utama proyeksi pertumbuhan,” ujarnya.

Reli Saham PGAS Terus Berlanjut

Hingga penutupan sesi I Rabu (11/6/2025), saham PGAS masih stagnan di level Rp1.875 per saham. Namun, harga tersebut telah menguat sekitar 17,92% sejak awal tahun (year-to-date/YtD), menjadikannya salah satu penggerak utama indeks IDX BUMN 20.

Arnanto dan Henry dari JP Morgan mencatat bahwa reli harga saham PGAS tahun ini didorong oleh ekspansi proyek, berbeda dari tahun lalu yang lebih didorong oleh pertumbuhan laba. Dalam catatan terbaru, PGAS memberikan kontribusi sebesar 14,81% terhadap penguatan IDX BUMN 20 sepanjang 2025.

IDX BUMN 20 sendiri ditutup pada level 380,91 atau naik 7,79% secara YtD dari posisi awal 353,39. Kenaikan ini turut ditopang oleh saham-saham unggulan seperti ANTM, BBNI, BBRI, dan tentu saja PGAS.

PGAS kini menempati posisi keempat sebagai kontributor terbesar terhadap indeks, di bawah ANTM (74,99%), BBNI (23,45%), dan BBRI (15,01%).

Meski sejumlah analis masih memilih sikap hati-hati, performa saham PGAS yang tetap stabil dan potensi pertumbuhan dari proyek infrastruktur gas nasional menjadi alasan bagi investor untuk terus mencermati pergerakannya.

Share This Article