Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadikan tarif sebagai senjata utama dalam mendorong kebijakan industrinya. Kali ini, ia mengancam akan menaikkan tarif impor mobil guna menekan para produsen otomotif global agar segera merelokasi investasi mereka ke dalam negeri.
“Saya mungkin akan menaikkan tarif itu dalam waktu dekat. Semakin tinggi tarifnya, semakin besar kemungkinan mereka membangun pabrik di sini,” ujar Trump dalam pernyataan yang dikutip Reuters, Jumat (13/6/2025).
Ancaman ini muncul di tengah upaya keras para raksasa otomotif dunia melobi Gedung Putih untuk mencabut tarif 25% atas kendaraan impor, kebijakan warisan dari masa jabatan pertama Trump. Tiga raksasa industri asal Detroit—General Motors (GM), Ford, dan Stellantis—bahkan menyuarakan kekecewaan atas kesepakatan tarif dengan Inggris yang memberikan potongan bea masuk, namun tidak berlaku bagi mobil asal Kanada dan Meksiko.
Investasi Naik, Tapi Tekanan Biaya Menghantui
Trump mengklaim serangkaian pengumuman investasi sebagai bukti keberhasilan pendekatan proteksionisnya. GM, misalnya, berencana menggelontorkan investasi sebesar US$4 miliar untuk memperluas tiga fasilitas produksinya di AS, serta memindahkan sebagian produksi SUV dari Meksiko ke tanah Amerika.
Tak hanya GM, raksasa Korea Selatan Hyundai juga disebutkan oleh Trump sebagai contoh keberhasilan kebijakan tarif. Perusahaan tersebut mengumumkan rencana investasi sebesar US$21 miliar, termasuk pembangunan pabrik baja baru yang diresmikan pada Maret lalu. “Tanpa tarif—terutama tarif baja—mereka takkan berinvestasi satu sen pun. Tarif telah menghidupkan kembali industri baja kita,” ujar Trump.
Namun, kebijakan ini juga menimbulkan konsekuensi besar. Pemerintah Meksiko baru-baru ini menyatakan bahwa ekspor mobil ke AS dari pabrik-pabrik di negaranya akan dikenai tarif rata-rata 15%, lebih rendah dari tarif penuh 25% karena adanya insentif dari Washington yang mempertimbangkan kandungan komponen produksi asal AS dalam mobil tersebut.
Industri Otomotif Terdampak
Meski bertujuan menarik investasi, strategi tarif tinggi justru mulai memukul sektor otomotif dari sisi biaya produksi. Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah produsen, termasuk Ford Motor dan Subaru of America, terpaksa menaikkan harga model tertentu akibat lonjakan beban produksi yang dipicu tarif.
Ford bahkan memperkirakan kebijakan tarif akan memangkas laba operasional mereka hingga US$1,5 miliar pada tahun ini. Sementara itu, GM mengungkapkan bahwa total eksposur mereka terhadap kebijakan tarif kini mencapai antara US$4 miliar hingga US$5 miliar. Angka itu termasuk sekitar US$2 miliar dari mobil murah yang diproduksi di Korea Selatan, lokasi perakitan untuk beberapa model Chevrolet dan Buick kelas entry-level.