Kinerja Tertekan, FAST Dapat Suntikan Dana Rp955 Miliar Lewat Private Placement & Pinjaman Bank

4 Min Read

PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pengelola jaringan restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC), mengumumkan penguatan struktur permodalan pada kuartal II/2025 melalui private placement dan fasilitas pinjaman jumbo.

Emiten restoran cepat saji PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) memperoleh tambahan pendanaan senilai total Rp955 miliar guna memperkuat kinerja keuangan yang tengah tertekan. Dana tersebut diperoleh dari aksi korporasi Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) serta fasilitas pinjaman baru dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).

- Advertisement -

Dalam aksi PMTHMETD, FAST akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 533,33 juta saham baru dengan nilai nominal Rp50 per saham. Perusahaan berpotensi mengantongi dana segar hingga Rp80 miliar. Dana tersebut akan disetor oleh dua pemegang saham utama, yakni PT Gelael Pratama dan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), masing-masing sebesar Rp40 miliar.

Seluruh dana hasil aksi ini akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja, yakni sekitar Rp52 miliar untuk pembelian persediaan dan pelunasan kewajiban lancar, serta Rp28 miliar dialokasikan untuk efisiensi biaya operasional terkait tenaga kerja.

Tak hanya itu, FAST juga menandatangani tiga fasilitas pinjaman baru dari Bank Mandiri dengan total nilai Rp875 miliar. Rinciannya:

- Advertisement -
  1. Kredit investasi refinancing senilai Rp200 miliar, dengan tenor 10 tahun.
  2. Kredit term loan senilai Rp525 miliar, untuk pembiayaan ulang aset eksisting, dengan tenor 8 tahun.
  3. Kredit modal kerja non-rekening koran sebesar Rp150 miliar, berjangka 1 tahun.

Direktur FAST, Wahyudi Martono, menyebutkan bahwa seluruh fasilitas pinjaman ini telah diteken per 10 Juni 2025.

Kinerja FAST Tertekan Isu Boikot & Pelemahan Konsumsi

Di tengah langkah penguatan struktur keuangan, FAST menghadapi tekanan kinerja yang cukup berat. Sepanjang tahun 2024, perusahaan mencatatkan rugi tahun berjalan sebesar Rp796,71 miliar, meningkat 91,67% dibandingkan kerugian Rp415,64 miliar pada tahun sebelumnya. Pendapatan FAST juga turun signifikan menjadi Rp4,87 triliun, atau melemah 17,84% secara tahunan.

Direktur FAST, Justinus Dalimin Juwono, menjelaskan bahwa kinerja perusahaan terdampak oleh sentimen negatif terhadap merek-merek Amerika Serikat, termasuk KFC, akibat krisis di Timur Tengah. Isu boikot produk asal AS yang diasosiasikan mendukung Israel menjadi salah satu penyebab utama penurunan penjualan.

Selain itu, pelemahan daya beli masyarakat akibat tekanan ekonomi seperti inflasi dan naiknya harga kebutuhan pokok turut memengaruhi pola konsumsi. Masyarakat menjadi lebih selektif dan menekan belanja non-esensial, termasuk makan di luar rumah.

“Kondisi ini berdampak langsung pada permintaan, terutama dari konsumen yang sensitif terhadap harga,” ungkap Justinus, Sabtu (7/6/2025).

Analis: Dana Segar Jadi Penyelamat Sementara, Tapi Risiko Beban Bunga Meningkat

Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menilai strategi pembiayaan FAST melalui efisiensi dan refinancing adalah langkah tepat. Namun, pemulihan kinerja sangat bergantung pada perbaikan daya beli masyarakat dan meredanya sentimen boikot terhadap produk AS.

Sementara itu, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menyatakan bahwa suntikan modal dari private placement dan pinjaman Bank Mandiri memberikan ruang likuiditas bagi FAST dalam jangka pendek hingga menengah. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa peningkatan utang harus dibarengi dengan pengelolaan dana yang efektif.

“Jika digunakan untuk efisiensi rantai pasok, penguatan promosi, atau distribusi, dampaknya bisa lebih positif terhadap kinerja perusahaan,” ujarnya, Kamis (12/6/2025).

Ekky juga menyoroti bahwa reli harga saham FAST dalam beberapa waktu terakhir lebih disebabkan oleh sentimen pasar terhadap dukungan dari Grup Anthoni Salim, yang memberi sinyal kepercayaan investor terhadap masa depan FAST. Namun, reli ini belum mencerminkan perubahan fundamental.

Secara teknikal, harga saham FAST masih berpotensi menguat dalam jangka pendek, dengan target terdekat di Rp400 dan jangka menengah di kisaran Rp470–Rp500, jika akumulasi investor berlanjut.

Namun, investor disarankan mencermati realisasi penggunaan dana dan tren pendapatan dalam laporan keuangan berikutnya untuk melihat arah pemulihan bisnis secara lebih objektif.

Share This Article