Pemerintah Iran resmi membatasi akses internet secara nasional setelah serangan udara masif yang dilancarkan Israel menghantam sejumlah kota besar dan fasilitas strategis, termasuk situs nuklir dan pangkalan militer utama. Langkah ini diambil seiring meningkatnya kekhawatiran akan potensi kerusuhan domestik usai eskalasi militer yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kementerian Informasi dan Komunikasi Iran menyatakan bahwa pembatasan konektivitas diberlakukan sebagai respons terhadap situasi darurat nasional, dan akan dicabut setelah kondisi kembali stabil.
Serangan udara Israel disebut melibatkan sekitar 200 jet tempur dan drone, menargetkan fasilitas nuklir utama di Natanz serta instalasi militer vital di Teheran dan kota-kota lainnya. Dampaknya sangat signifikan: sejumlah pejabat tinggi militer Iran dilaporkan tewas, termasuk Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Mohammad Bagheri dan Komandan IRGC Hossein Salami. Sejumlah ilmuwan nuklir juga menjadi korban.
Pemerintah Iran menyatakan masa berkabung nasional dan menyebut serangan tersebut sebagai “deklarasi perang” serta pelanggaran serius terhadap kedaulatan negara.
Mengutip The National dan Financial Express pada Senin (16/6/2025), NetBlocks—lembaga pemantau internet global—melaporkan bahwa konektivitas di Iran anjlok drastis, menyisakan hanya 10–20 persen kapasitas normal. Hampir seluruh wilayah Iran mengalami pemadaman internet total, kecuali sebagian kecil di wilayah utara.
Di tengah pemutusan akses digital tersebut, CEO SpaceX Elon Musk mengumumkan bahwa layanan internet satelit Starlink telah diaktifkan di Iran sebagai solusi darurat. “The beams are on,” tulis Musk di platform X, menandai bahwa Starlink siap menghubungkan kembali wilayah-wilayah yang terdampak. Starlink sendiri dikenal mampu menyediakan koneksi internet di wilayah terpencil atau yang mengalami kehancuran infrastruktur.
Langkah ini dinilai kontroversial mengingat SpaceX berbasis di Amerika Serikat, sekutu utama Israel. Meski demikian, layanan tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat Iran tetap memiliki akses terhadap informasi di tengah krisis berkepanjangan.
Iran menyatakan akan memberikan hukuman berat kepada Israel atas serangan tersebut dan telah meminta sidang darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas tanggung jawab Israel dalam eskalasi ini. Dalam pertemuan darurat di New York, sejumlah pejabat PBB menyerukan agar kedua pihak menahan diri demi menghindari konflik regional yang lebih luas.
Iran menuduh serangan tersebut menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya. Pemerintah juga menuding Amerika Serikat terlibat secara politik dan intelijen dalam operasi Israel. Sementara itu, Israel memperingatkan warga sipil Iran yang berada dekat fasilitas militer untuk segera mengungsi, dan menyatakan bahwa serangan yang telah dilakukan “baru permulaan dari yang lebih besar.”
Israel mengklaim aksinya telah menghambat kemajuan program nuklir Iran selama bertahun-tahun ke depan. Di sisi lain, Iran dikabarkan tengah mempersiapkan respons balasan, baik melalui kekuatan militer konvensional maupun serangan siber. Komunitas internasional kini mengawasi dengan tegang perkembangan konflik yang berisiko meluas ke seluruh kawasan Timur Tengah.