Harga Minyak Melejit, Saham ENRG Melonjak 40% Sepanjang Tahun!

5 Min Read

Harga saham PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) milik Grup Bakrie terus menunjukkan tren bullish sepanjang 2025. Saham emiten migas ini diproyeksi berpotensi melanjutkan penguatan seiring reli harga minyak dunia yang terdongkrak konflik geopolitik Timur Tengah.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat saham ENRG ditutup menguat 18,25% ke level Rp324 per lembar pada akhir perdagangan Senin (16/6/2025). Secara year to date (YtD), harga saham ENRG telah melonjak 40,87% sejak awal tahun.

- Advertisement -

Reli harga komoditas turut memperkuat laju saham ENRG. Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah Brent untuk kontrak Agustus 2025 naik 2,8% menjadi US$76,29 per barel, sedangkan minyak WTI kontrak Juli 2025 menguat 2,7% ke US$74,95 per barel. Kenaikan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi terganggunya pasokan minyak akibat konflik Israel–Iran yang memanas selama akhir pekan.

Konflik Timur Tengah Picu Kenaikan Harga Minyak

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas, Imam Gunadi, menjelaskan bahwa eskalasi konflik membuka risiko meluasnya perang di Timur Tengah, dengan kemungkinan melibatkan Lebanon, Suriah, Yaman, bahkan Amerika Serikat. “Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran akan distribusi minyak global, khususnya di Selat Hormuz,” ungkap Imam dalam risetnya.

Selat Hormuz merupakan jalur vital yang dilalui sekitar 20% pasokan minyak global. Setiap gangguan di jalur ini dapat memicu lonjakan tajam harga minyak dunia.

- Advertisement -

Langkah Agresif ENRG Kembangkan Blok Migas

Di tengah kondisi pasar yang menguntungkan, ENRG juga terus memperluas portofolio migasnya. Melalui anak usaha PT Imbang Tata Alam, perseroan tengah mengembangkan Blok Malacca Strait di Riau. Pendanaan ekspansi dilakukan melalui skema private placement atau Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) sebesar maksimal 2,48 miliar saham.

ENRG menyatakan, sekitar 70% dana hasil PMTHMETD akan diberikan dalam bentuk pinjaman ke Imbang Tata Alam untuk keperluan pengeboran, sementara 30% sisanya dialokasikan untuk modal kerja anak usaha lainnya.

Sebagai operator tunggal Blok Malacca Strait, Imbang Tata Alam mengelola 100% hak partisipasi. Dana akan digunakan untuk pengadaan jasa pengeboran, casing, tubing, hingga peralatan sumur. “Seluruh dana difokuskan guna mendukung produksi dan efisiensi operasional demi memperkuat kinerja jangka panjang,” tulis manajemen ENRG dalam keterbukaan informasi BEI, Senin (16/6/2025).

Temuan Minyak Baru Dorong Produksi

ENRG juga menemukan cadangan minyak baru di Wilayah Kerja (WK) Bentu, Riau, dengan estimasi awal 20 juta barel. Temuan ini berasal dari dua lapisan batu pasir di Formasi Lakat, dengan total ketebalan 43 kaki. Berdasarkan analisis geologi dan reservoir, Direktur ENRG Tri Firmanto menyebutkan potensi tambahan produksi mencapai 1.500–2.500 barel per hari.

Sebelumnya, di blok yang sama, ENRG juga menemukan cadangan gas sebesar 126 miliar kaki kubik. Direktur Utama ENRG, Syailendra S. Bakrie, menyatakan pihaknya akan terus mengembangkan WK Bentu guna menambah cadangan dan mendukung target produksi nasional. “Kami ingin berkontribusi dalam mendorong kemandirian energi Indonesia,” ujarnya.

Kuasai Penuh Blok Kangean Lewat Akuisisi

Pada saat yang sama, ENRG memperkuat posisinya di Blok Kangean dengan menambah 25% partisipasi interes dari Japan Petroleum Exploration Co. Ltd. (JAPEX). Transaksi ini membuat ENRG menjadi pengendali tunggal blok tersebut melalui anak usaha.

Syailendra menyebut akuisisi ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang perseroan untuk meningkatkan cadangan dan produksi migas. “Kami memasuki era baru yang menekankan akuisisi strategis untuk memperkuat kinerja operasional,” paparnya.

Per kuartal I/2025, ENRG mencetak laba bersih sebesar US$17,95 juta atau tumbuh 1,63% secara tahunan (YoY), dengan penjualan bersih naik 20,31% menjadi US$117,04 juta dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Prospek Saham ENRG Cerah, Analis Rekomendasi Beli

Analis Sucor Sekuritas, Andreas Yordan Tarigan, menyebut temuan migas di WK Bentu akan menjadi penopang kinerja fundamental ENRG. “Tambahan produksi 1.500–2.500 barel per hari bisa meningkatkan output hingga 5% dari total produksi saat ini,” tulisnya.

Sucor memproyeksikan produksi ENRG tumbuh 12% pada 2025 dan 10% di 2026, dengan estimasi total produksi masing-masing 46,8 juta dan 51,7 juta barel setara minyak per hari. Saham ENRG direkomendasikan buy dengan target harga Rp720 per saham.

Sementara itu, Sukarno Alatas dari Kiwoom Sekuritas menilai kenaikan kinerja didorong oleh aset Siak dan Kampar yang baru diakuisisi. Potensi pertumbuhan juga datang dari WK Sengkang, Sulawesi Selatan. Kiwoom memproyeksikan laba bersih ENRG naik 21% YoY pada 2025.

Namun demikian, tantangan tetap ada, mulai dari transisi energi, regulasi yang dinamis, hingga volatilitas harga komoditas. Menurut data Bloomberg, konsensus analis memperkirakan target harga ENRG di level Rp460 dalam 12 bulan ke depan, dengan dua sekuritas menyematkan rekomendasi beli.

Share This Article