PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) melalui perusahaan patungan Aster Chemicals and Energy—hasil kerja sama dengan Glencore—mengumumkan langkah strategis dengan mengakuisisi seluruh kepemilikan fasilitas condensate splitter milik PCS Pte Ltd yang berlokasi di Pulau Jurong, Singapura.
Meski nilai transaksi belum diungkapkan, langkah ini menjadi bagian dari ekspansi agresif Aster untuk memperkuat posisi di sektor hilir energi. Dalam laporan Stockbit Sekuritas, Selasa (17/6/2025), disebutkan bahwa Aster berencana merevitalisasi fasilitas tersebut untuk meningkatkan kapasitas pengolahan minyak dari 237.000 barel per hari menjadi lebih dari 300.000 barel per hari.
Sebelumnya, Aster juga telah mengumumkan rencana akuisisi fasilitas polietilena milik Chevron Phillips Singapore Chemicals yang memiliki kapasitas 400.000 ton per tahun, juga di kawasan yang sama.
Sentimen positif turut mendorong saham TPIA melonjak 4,29% ke Rp10.325 pada sesi I perdagangan 17 Juni 2025. Sebanyak 21,50 juta saham berpindah tangan dalam 12.960 transaksi, dengan nilai transaksi mencapai Rp220,77 miliar.
Danantara dan INA Bidik Investasi Strategis di Pabrik CA-EDC TPIA
Secara terpisah, proyek strategis PT Chandra Asri Pacific Tbk. kembali menarik minat investor besar. Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) bersama Indonesia Investment Authority (INA) resmi menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding / MoU) untuk menjajaki potensi investasi strategis di pabrik Chlor Alkali–Ethylene Dichloride (CA-EDC) milik TPIA.
Proyek ini diproyeksikan menelan investasi sekitar US$800 juta atau setara Rp13 triliun (asumsi kurs Rp16.280 per US$). Chandra Asri diketahui telah menyiapkan dana dari hasil Penawaran Umum Terbatas (PUT) III pada 2021 senilai Rp15,5 triliun, yang hingga akhir 2024 belum digunakan.
Pabrik ini akan memproduksi soda kaustik dan ethylene dichloride, bahan baku penting bagi berbagai industri hilir seperti pengolahan nikel, yang dapat memperkuat ketahanan industri manufaktur nasional.
Chief Investment Officer Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir, menyampaikan bahwa kemitraan ini mencerminkan visi bersama untuk memperkuat industrialisasi hilir Indonesia.
“Kami menyambut baik kolaborasi global yang bertujuan membangun ekosistem industri yang tangguh dan bernilai tambah tinggi di tengah dinamika kawasan Asia,” ujar Pandu dalam keterangan resminya.
Proyeksi Saham TPIA: Speculative Buy, Target Rp11.000
Sementara itu, VP Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi Kasmarandana, menyampaikan bahwa saham TPIA diperkirakan bergerak stagnan di kisaran Rp9.500–11.000 dalam jangka pendek. Untuk jangka menengah, saham TPIA berpotensi menuju area Rp10.000–12.500.
Dua sentimen utama dipandang menjadi penggerak positif kinerja TPIA:
- Penambahan kapasitas produksi lewat proyek CA-EDC, yang akan mendongkrak total produksi menjadi 4 juta ton per tahun, memperkuat posisi di tengah dominasi impor produk petrokimia yang mencapai 8–10 juta ton.
- Permintaan stabil untuk etilen, propilena, dan turunannya, yang diprediksi tumbuh sekitar 2–3,5% sepanjang 2025.
Namun, Audi turut mengingatkan risiko oversupply dari pasar Asia, khususnya akibat produksi masif dari China yang mencapai 31,8 juta ton, serta tekanan dari ekspor produk Amerika Serikat.
“Kami merekomendasikan speculative buy untuk saham TPIA dengan target harga jangka menengah Rp11.000,” tutup Audi.