Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) ditutup melemah pada perdagangan Selasa, 17 Juni 2025. Pelemahan ini dipicu oleh penurunan harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade serta kekhawatiran pasar terhadap potensi peningkatan produksi domestik.
Berdasarkan data penutupan BMD, kontrak berjangka CPO Juli 2025 merosot 32 Ringgit Malaysia menjadi 4.064 Ringgit per ton. Kontrak Agustus 2025 ikut terkoreksi 32 Ringgit ke level 4.072 Ringgit per ton.
Penurunan juga terjadi pada kontrak CPO September 2025 yang turun 30 Ringgit menjadi 4.064 Ringgit per ton, sedangkan kontrak Oktober 2025 melemah 29 Ringgit ke posisi 4.051 Ringgit per ton.
Adapun kontrak CPO November 2025 ditutup turun 26 Ringgit menjadi 4.047 Ringgit per ton, dan kontrak Desember 2025 tergelincir 23 Ringgit ke 4.055 Ringgit per ton.
Menurut analis dan pedagang minyak sawit David Ng, tekanan jual turut datang dari ekspektasi kenaikan produksi. “Kami melihat level support di kisaran 4.000 Ringgit per ton, dan resistance di 4.150 Ringgit per ton,” ujarnya seperti dikutip dari Bernama.
Produksi Sawit Naik, Profit Taking Ikut Membayangi
Laporan terbaru dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Board/MPOB) menunjukkan bahwa produksi CPO pada Mei 2025 mencapai 1,77 juta ton. Angka ini meningkat 5,1% dibanding April yang mencatatkan 1,69 juta ton.
Analis Senior Fastmarkets Palm Oil Analytics, Dr. Sathia Varqa, menambahkan bahwa penurunan harga juga dipicu oleh aksi ambil untung (profit taking) setelah harga sempat menyentuh level tertinggi dalam dua bulan terakhir.
“Meskipun harga minyak nabati lain seperti minyak kedelai sempat menembus batas atas di Chicago Mercantile Exchange, dan fundamental sawit masih tergolong kuat, banyak pelaku pasar memilih merealisasikan keuntungan,” jelasnya.