IHSG Terancam Terkoreksi ke Bawah 6.900! Ini Daftar Saham Pilihan di Tengah Tekanan Pasar

3 Min Read

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih berisiko melanjutkan pelemahan ke rentang 6.721–6.919 pada perdagangan Kamis, 19 Juni 2025. Tekanan pasar global serta ketidakpastian geopolitik disebut menjadi pemicu utama koreksi lanjutan indeks.

Tim Analis MNC Sekuritas mencatat bahwa IHSG ditutup melemah 0,67% ke posisi 7.107 pada perdagangan Rabu (18/6/2025), disertai tekanan jual yang masih berlanjut. Pergerakan indeks pun kembali turun ke bawah garis rata-rata pergerakan 20 hari (MA20), menandakan potensi koreksi lanjutan.

- Advertisement -

Jika IHSG mampu menembus resistance di 7.240, maka berpeluang membentuk wave (v) dari wave [a] dan menguji 7.263–7.355. Namun jika tidak, koreksi ke area 6.721–6.919 masih terbuka lebar,” tulis MNC Sekuritas dalam risetnya.

Untuk hari ini, level support IHSG berada di 7.079 dan 7.009, sementara resistance di 7.240 dan 7.324. Saham-saham yang direkomendasikan oleh MNC Sekuritas antara lain:

  • BBTN
  • JPFA
  • PSAB
  • TLKM

Sementara itu, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi menyoroti dua sentimen eksternal utama yang menjadi tekanan bagi IHSG:

- Advertisement -
  1. Hasil Rapat FOMC The Fed (17–18 Juni 2025)
    Pasar menanti keputusan bank sentral AS, yang diperkirakan masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan (Fed Fund Rate), meski risiko inflasi dan arah kebijakan masih menjadi perhatian.
  2. Eskalasi Konflik Iran–Israel
    Ketegangan regional diprediksi melibatkan pihak lain seperti Hezbollah, Suriah, dan Houthi di Yaman, serta kemungkinan intervensi langsung AS. “Kami proyeksikan IHSG masih akan melemah pekan ini, dengan support di 6.994 dan resistance di 7.239,” jelas Imam.

Menghadapi kondisi ini, IPOT merekomendasikan saham-saham energi dan logam mulia sebagai langkah lindung nilai terhadap volatilitas global. Saham yang disorot antara lain:

  • MEDC
  • ELSA
  • ANTM

Papan Utama Tertinggal, Papan Pengembangan Melesat

Kinerja indeks Papan Utama sepanjang tahun 2025 masih tertinggal. Per Senin (16/6/2025), indeks ini ditutup pada level 1.881,43, terkoreksi 5,13% dari puncaknya di 1.983,18 pada 22 Januari 2025.

Sebaliknya, Papan Pengembangan justru mencatat lonjakan kinerja hingga 23,81% selama Februari–Mei 2025. Rotasi sektor oleh investor menjadi faktor kunci. Menurut Retail Equity Analyst Indo Premier, Indri Liftiany, investor memanfaatkan momentum dan volatilitas yang lebih tinggi di saham-saham pengembangan.

Pelaku pasar memindahkan dana ke saham di Papan Pengembangan guna mengejar peluang teknikal dan volatilitas tinggi,” ujarnya, Selasa (17/6/2025).

Selain rotasi sektor, aksi jual oleh investor asing terhadap saham kapitalisasi besar di tengah ketidakpastian ekonomi global dan perang dagang AS–China turut membebani Papan Utama.

Meski begitu, Liza Camelia, Head of Research Kiwoom Sekuritas, melihat adanya peluang pemulihan. Dalam risetnya bertajuk “Coal Insight: Ending the Bottoming Phase?”, Liza menyebut bahwa sektor komoditas, terutama batu bara dan logam tambang, berada di titik balik secara siklus.

Kami melihat tahun ini sebagai momen penting bagi rebound sektor komoditas,” ujar Liza optimistis.

Share This Article