Rupiah Tertekan! Pasar Waspadai Sentimen The Fed & Konflik Timur Tengah

3 Min Read

Nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup melemah di kisaran Rp16.310–Rp16.360 per dolar AS pada perdagangan Kamis (19/6/2025). Tekanan eksternal yang bersumber dari ketidakpastian global dan geopolitik turut memengaruhi arah pergerakan mata uang Garuda.

Mengacu data Bloomberg, rupiah menutup sesi perdagangan Rabu (18/6/2025) dengan pelemahan 24,50 poin atau 0,15% ke posisi Rp16.286 per dolar AS. Di saat bersamaan, indeks dolar AS justru menguat 0,14% ke level 98,13, mencerminkan kekuatan greenback di tengah tekanan global.

- Advertisement -

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyebut ketegangan geopolitik di Timur Tengah menjadi salah satu pemicu utama pelemahan rupiah. Tiga pejabat tinggi AS mengonfirmasi bahwa Pentagon meningkatkan kehadiran militernya di kawasan, termasuk mengirim tambahan jet tempur dan memperpanjang masa tugas armada yang sudah siaga.

Ketegangan semakin memanas setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan agar Iran menyerah tanpa syarat, menyusul serangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir di Teheran pekan lalu. Situasi ini memicu kekhawatiran pasar terhadap potensi eskalasi lebih lanjut yang dapat mengganggu stabilitas global.

Di sisi lain, pasar juga mencermati arah kebijakan Federal Reserve pasca pertemuan FOMC. Bank sentral AS diperkirakan akan menahan suku bunga di 0,5%, namun pelaku pasar menunggu sinyal dovish lebih lanjut dari Ketua The Fed, Jerome Powell.

- Advertisement -

Fokus saat ini adalah seberapa besar peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed tahun ini,” ujar Ibrahim dalam riset hariannya, Rabu (18/6/2025). Menurutnya, Powell telah memberi sinyal bahwa laju penurunan suku bunga akan lebih lambat pada 2025, setelah pemangkasan kumulatif 1% sepanjang 2024.

Tekanan juga datang dari rilis data ekonomi AS yang mengecewakan. Penjualan ritel dan output industri yang lebih lemah dari ekspektasi memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi, memperbesar kemungkinan arah kebijakan suku bunga yang lebih akomodatif.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan BI-Rate di level 5,50%, sejalan dengan stabilitas inflasi dan nilai tukar. Suku bunga Deposit Facility tetap di 4,75%, sementara Lending Facility ditahan di 6,25%.

BI menegaskan keputusan ini konsisten dengan prospek inflasi 2025–2026 yang tetap berada di kisaran target 2,5% ± 1%, serta sebagai langkah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamental, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.

Mengacu pada kombinasi faktor eksternal dan domestik, Ibrahim memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak berfluktuasi namun cenderung ditutup melemah di rentang Rp16.310–Rp16.360 per dolar AS.

Share This Article