PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance), anak usaha dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), resmi meluncurkan penawaran awal obligasi korporasi tahap pertama senilai Rp700 miliar. Aksi ini merupakan bagian dari program penggalangan dana jangka panjang dengan total target hingga Rp1,7 triliun melalui penerbitan Obligasi Berkelanjutan I.
Obligasi ini akan dirilis dalam dua seri: Seri A dengan tenor 370 hari dan Seri B dengan tenor 3 tahun. Meski nilai pokok dan tingkat kupon masih belum diumumkan, penawaran awal berlangsung 17–23 Juni 2025, disusul penawaran umum 30 Juni–3 Juli 2025, dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Juli 2025.
Menariknya, obligasi ini telah mendapatkan peringkat idAA (double A) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Berdasarkan data imbal hasil obligasi negara dan korporasi, kupon diperkirakan mencapai 6,59% untuk tenor 1 tahun dan 6,93% untuk tenor 3 tahun, atau bahkan bisa lebih tinggi untuk menarik minat investor.
Dana hasil penerbitan akan digunakan untuk melunasi Obligasi I Tahun 2022 sebesar Rp700 miliar yang jatuh tempo pada 9 Agustus 2025. Mayoritas pemegang obligasi tersebut adalah institusi keuangan dengan porsi Rp329,9 miliar. Selain itu, BRI Finance juga memiliki Obligasi II Tahun 2023 Seri B senilai Rp303 miliar yang jatuh tempo 11 Juli 2026.
Jika dana dari obligasi baru tak mencukupi, perusahaan berkomitmen menggunakan kas internal untuk menutup kekurangan. Dalam laporan Pefindo tertanggal 29 April 2025, analis menyebutkan bahwa BRI Finance memiliki rata-rata penagihan bulanan Rp442 miliar dan fasilitas kredit yang belum digunakan senilai Rp5,2 triliun per Maret 2025.
Meski begitu, Pefindo mengingatkan bahwa peringkat BRI Finance dapat ditingkatkan jika kinerja keuangannya menguat secara konsisten, namun juga bisa ditekan jika terjadi pelemahan fundamental dan profitabilitas secara substansial.
BRI Finance sendiri merupakan perusahaan pembiayaan yang 99,9% sahamnya dimiliki oleh BRI, dan sisanya oleh Yayasan Kesejahteraan Pekerja BRI. Hingga akhir Desember 2024, perusahaan beroperasi dengan 26 kantor cabang dan 1.113 karyawan.
Per akhir 2024, total aset BRI Finance tercatat Rp7,68 triliun, dengan laba bersih Rp103,9 miliar dan rasio utang terhadap ekuitas yang menurun menjadi 4,3 kali, lebih baik dari level tertinggi 5,7 kali pada 2023.
Kinerja Industri Multifinance Masih Melambat
Secara industri, OJK mencatat piutang pembiayaan perusahaan multifinance tumbuh 3,67% YoY menjadi Rp504,18 triliun per April 2025—pertumbuhan terendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sektor pembiayaan modal kerja menjadi kontributor utama, tumbuh 8,74% YoY, sementara pembiayaan lainnya mengalami perlambatan. Adapun rasio kredit bermasalah (NPF gross) tercatat 2,43%, dan NPF net sebesar 0,82%.
Dari sisi pembiayaan buy now pay later (BNPL), industri mencatat pertumbuhan pesat sebesar 47,11% YoY menjadi Rp8,24 triliun, meskipun NPF gross naik ke level 3,78%.
Namun, OJK mencatat masih terdapat empat perusahaan multifinance yang belum memenuhi ketentuan modal minimum Rp100 miliar. Otoritas pun tengah mendorong pemenuhan ekuitas tersebut melalui suntikan modal atau pencarian investor strategis.