Prospek Cerah Saham TLKM di Tengah Tekanan Industri, Ini Alasannya!

4 Min Read

Meski industri telekomunikasi nasional tengah berada di bawah tekanan, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) justru dinilai tetap prospektif. Analis Mandiri Sekuritas menyebut Telkom sebagai emiten yang paling siap menghadapi dinamika pasar, berkat efisiensi belanja modal dan strategi distribusi dividen jangka panjang yang konsisten.

Dalam riset bertajuk “Telco Sector Downgrade and Forecast Updates”, analis Henry Tedja dan Danif Nouval Esfaniari menurunkan proyeksi pendapatan sektor telekomunikasi Indonesia, khususnya layanan seluler. Estimasi pertumbuhan pendapatan layanan seluler 2025 direvisi menjadi -0,1% YoY, menandai kontraksi pertama sejak 2018, dipicu lemahnya daya beli, ketatnya persaingan tarif, dan stagnasi inovasi harga.

- Advertisement -

Sektor secara keseluruhan juga diprediksi hanya tumbuh 3,3% pada 2025, dari sebelumnya 5,3%, dengan pertumbuhan EBITDA dipangkas dari 9% menjadi 5,6%. Namun, TLKM tetap direkomendasikan BUY, dengan target harga Rp3.500 per saham.

“TLKM tetap menjadi pemain dominan dan rasional. Dengan alokasi belanja modal yang lebih disiplin, kami memproyeksikan peningkatan arus kas bebas dan potensi pertumbuhan dividen yang lebih kuat,” tulis Mandiri Sekuritas.

Telkom diketahui telah menurunkan capex sejak 2024 menjadi sekitar Rp25 triliun per tahun, lebih rendah dari historis Rp25–37 triliun. Efisiensi ini memungkinkan perusahaan untuk membagikan dividen yang lebih besar. Bahkan pada 2024, dividend per share TLKM tumbuh 19% YoY, tertinggi dalam satu dekade.

- Advertisement -

Valuasi Saham dan Proyeksi Skenario TLKM

Saat ini, TLKM diperdagangkan di level Rp2.770 per saham, dengan rasio PBV 2,49x dan ROE 18%. Mandiri Sekuritas merancang tiga skenario berbasis Dividend Discount Model (DDM):

  • Bull Case: Rp4.900/saham (pertumbuhan dividen 8%/tahun)
  • Base Case: Rp3.400/saham (pertumbuhan 6%/tahun)
  • Bear Case: Rp2.500/saham (pertumbuhan 4%/tahun)

Kinerja Telkom pada kuartal I/2025 tetap solid, membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp36,6 triliun, EBITDA Rp18,2 triliun, dengan margin tinggi di 49,8%. Meski pendapatan sedikit terkoreksi, manajemen tetap percaya diri dengan ketahanan model bisnis.

Corporate Communication TLKM, Ahmad Reza, menyatakan bahwa Telkom berkomitmen menjaga nilai bagi pemegang saham dan memprioritaskan tata kelola yang baik.

“Telkom tetap resilient dan berkomitmen meningkatkan shareholders’ return. Rasionalitas dan profitabilitas tetap dijaga sebagai market leader, sejalan dengan prinsip GCG,” ungkap Reza kepada Bisnis, Rabu (18/6/2025).

Reza menambahkan bahwa efisiensi dan inovasi adalah dua pilar utama profitabilitas jangka panjang. Strategi transformasi digital, pengembangan bisnis enterprise melalui Telkomsel, Mitratel, dan Telin, menjadi fokus untuk memperkuat portofolio non-seluler dan memperluas pendapatan digital.

“Kami yakin transformasi digital dan berbagai inisiatif strategis akan menciptakan dampak positif jangka panjang,” tegasnya.

EXCL dan ISAT di Bawah Tekanan

Sementara TLKM tetap kokoh, dua kompetitornya—PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk. (ISAT)—dinilai menghadapi tantangan lebih besar.

Mandiri Sekuritas menurunkan rekomendasi EXCL dari BUY menjadi HOLD, dengan target harga direvisi ke Rp2.400/saham. Hal ini disebabkan lemahnya pertumbuhan trafik data, stagnasi ARPU, dan tekanan biaya dari capex serta pemeliharaan jaringan. Posisi EXCL yang dominan di pasar Jawa juga membuat persaingan harga semakin tajam.

Adapun ISAT, rekomendasi juga turun dari BUY ke HOLD dengan target harga Rp2.300/saham. Meski proses integrasi pasca-merger sudah berjalan dan trafik membaik, risiko meningkatnya beban keuangan serta pertumbuhan pelanggan yang belum optimal masih menjadi tantangan.

Rasio utang terhadap EBITDA ISAT pun meningkat, yang bisa membatasi ruang ekspansi jangka menengah. Biaya jaringan yang tinggi dan monetisasi yang belum maksimal menyebabkan tekanan pada margin.

Share This Article