Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (25/6/2025), di tengah sikap hati-hati investor terhadap perkembangan geopolitik di Timur Tengah dan pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam hari kedua testimoninya di Kongres.
Menurut laporan Reuters Kamis (26/6/2025), indeks Dow Jones Industrial Average melemah 106,59 poin atau 0,25% ke level 42.982,43. Sementara itu, S&P 500 ditutup nyaris stagnan di posisi 6.092,16, dan Nasdaq Composite justru menguat 61,02 poin atau 0,31% ke level 19.973,55.
Dari sebelas sektor utama dalam indeks S&P 500, sektor teknologi, jasa komunikasi, dan kesehatan mencatat penguatan. Sebaliknya, sektor defensif seperti properti, kebutuhan pokok, dan utilitas tertinggal dari kinerja pasar secara keseluruhan.
“Pasar kembali ke tren bullish seperti biasa. Ketegangan tarif dan konflik Timur Tengah telah dilewati, tapi saham tetap bergerak naik karena ekonomi AS terbukti masih cukup solid,” ujar Ryan Detrick, Chief Market Strategist di Carson Group, Omaha.
Namun, Detrick menambahkan bahwa pergerakan pasar kali ini terasa seperti “menonton cat mengering” karena investor menanti apakah indeks S&P 500 mampu mencetak rekor baru dalam waktu dekat.
Saham raksasa chip Nvidia kembali mencatatkan rekor tertinggi baru, dengan kapitalisasi pasar menembus US$3,75 triliun, menjadikannya perusahaan dengan valuasi terbesar di dunia saat ini.
“Rotasi sektor adalah jantung dari pasar bullish. Kembalinya teknologi dan komunikasi sebagai pemimpin menunjukkan bahwa reli mengejutkan musim panas ini masih memiliki tenaga,” lanjut Detrick.
Sementara itu, gencatan senjata antara Israel dan Iran masih bertahan meski belum ada kejelasan atas dampak dari serangan militer AS terhadap fasilitas pengayaan uranium milik Iran. Presiden Donald Trump menyatakan bahwa AS telah “menang” dalam konfrontasi tersebut.
Dalam testimoninya di hadapan Komite Perbankan Senat, Powell menyampaikan bahwa The Fed akan menunggu hingga efek inflasi dari kebijakan tarif Presiden Trump benar-benar terlihat sebelum mengambil keputusan terkait pemangkasan suku bunga.
Saat ini, pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed bulan Juli hanya sekitar 25%, namun probabilitas pemangkasan pertama pada September meningkat menjadi 67%, berdasarkan data CME FedWatch Tool.
Dari sisi ekonomi domestik, data terbaru menunjukkan penjualan rumah baru di AS anjlok sebesar 13,7%, sementara permohonan kredit pemilikan rumah (KPR) juga melemah akibat kenaikan suku bunga hipotek.
Ke depan, pelaku pasar akan mencermati rilis data final produk domestik bruto (PDB) kuartal I/2025 dari Departemen Perdagangan AS pada Kamis, serta laporan Personal Consumption Expenditures (PCE)—indikator inflasi favorit The Fed—yang dijadwalkan rilis Jumat.