Alfamart dan Indomaret Kejar Target 1.000 Gerai Baru di 2025, Segmen RTE Jadi Andalan Tambahan

4 Min Read

Dua raksasa ritel Indonesia, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) atau Alfamart dan PT Indomarco Prismatama (Indomaret), terus memacu ekspansi di tengah tantangan daya beli masyarakat pada 2025. Kedua peritel tersebut menargetkan pembangunan 1.000 gerai baru masing-masing tahun ini, sebagai strategi mempertahankan pertumbuhan di tengah ketidakpastian ekonomi.

Corporate Secretary AMRT, Tomin Widian, menjelaskan bahwa Alfamart telah menyiapkan belanja modal (capex) sebesar Rp4,5 triliun hingga Rp5 triliun untuk ekspansi gerai dan distribusi.

- Advertisement -

“Capex tahun ini berkisar Rp4,5 triliun sampai Rp5 triliun, dengan sekitar Rp3 triliun untuk ekspansi dan perpanjangan toko yang mencakup 2.700—2.800 gerai,” ungkap Tomin dalam paparan publik beberapa waktu lalu.

Dari total capex tersebut, sekitar Rp1,5 triliun dialokasikan untuk pembangunan distribution centre (DC) di sejumlah wilayah, termasuk dua yang sedang dibangun di Palangkaraya dan Bengkulu, ditargetkan rampung pada semester II/2025.

Target pertumbuhan pendapatan 7% pada 2025 dinilai realistis oleh perseroan, seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil.

- Advertisement -

Indomaret Fokus Ekspansi Regional

Sementara itu, Indomaret juga membidik penambahan 1.000 gerai, tak hanya di Jabodetabek, tetapi juga di wilayah luar Jawa. Direktur Utama PT Indoritel Makmur Indonesia Tbk. (DNET), Haliman Kustedjo, menyebut ekspansi tersebut mempertimbangkan kondisi daya beli masyarakat di setiap wilayah.

“Saat ini baru terealisasi sekitar 300 gerai. Masih ada 700-an gerai lagi untuk mencapai target,” ujar Haliman di Jakarta, Rabu (25/6/2025).

Data historis menunjukkan peningkatan jumlah gerai Indomaret dari 21.251 gerai pada 2022, naik menjadi 22.456 pada 2023, dan mencapai 23.107 gerai pada 2024. Dengan tambahan 1.000 gerai, jumlahnya berpotensi menyentuh 24.107 gerai pada akhir 2025.

Meski optimistis, Haliman mengakui bahwa risiko geopolitik, seperti potensi penutupan Selat Hormuz, membuat manajemen lebih hati-hati dalam memproyeksikan kinerja laba bersih tahun ini.

Genjot Segmen Ready to Eat dan Ready to Drink

Selain ekspansi gerai, kedua peritel juga mengincar pertumbuhan dari segmen makanan dan minuman siap saji (Ready to Eat/Drink atau RTE/RTD).

Indomaret fokus pada pengembangan lini Point Coffee, termasuk penambahan menu dan ekspansi gerai. Haliman menyebut, tahun ini ditargetkan 700—800 gerai Point Coffee baru, meski tetap fleksibel bila permintaan pasar memungkinkan peningkatan.

“Kalau bisa lebih, tentu akan kami tambahkan,” ujarnya.

Untuk makanan siap saji, Indomaret mengusung konsep side dish khas masakan Indonesia seperti rawon dan soto, yang ditujukan sebagai pelengkap nasi rumahan pelanggan.

Di sisi lain, Alfamart mengandalkan sinergi dengan Lawson, jaringan ritel RTE yang telah diakuisisi perseroan. Akuisisi ini dilakukan untuk memulihkan kinerja Lawson, setelah 89,57% gerainya tutup sepanjang 2024, menyisakan hanya 374 gerai.

Melalui sinergi logistik dan efisiensi operasional, Alfamart berharap Lawson kembali bangkit. Selain itu, Alfamart juga mengembangkan lini RTE lainnya melalui Bean Spot, meski ekspansinya masih dievaluasi secara selektif.

“Kami tidak punya target khusus untuk Bean Spot. Kami sesuaikan dengan permintaan pasar karena tidak semua toko cocok untuk penjualan RTE,” ujar Hans, perwakilan AMRT.

Saat ini, Alfamart memiliki sekitar 3.000 toko yang juga menyertakan segmen Bean Spot.

Share This Article