PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), emiten energi terbarukan yang berada di bawah naungan Grup Astra, menargetkan dapat mengamankan perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) baru dengan PT PLN (Persero) pada tahun 2025. Langkah ini sejalan dengan strategi ekspansi besar-besaran yang tengah dilakukan perusahaan di sektor pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Head of Investor Relations Arkora, Nico Yosafat, menjelaskan bahwa saat ini kapasitas terkontrak perusahaan mencapai 42,8 megawatt (MW). Di saat yang sama, ARKO sedang mengejar tambahan kapasitas sebesar 261,2 MW yang tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi.
“Fokus kami adalah mempercepat pertumbuhan kapasitas dengan menargetkan proyek PLTA skala besar, di atas 10 MW. Harapannya, tahun ini kami bisa mencapai kesepakatan PPA baru dengan PLN dan mengamankan kapasitas yang lebih besar dari apa yang kami miliki saat ini,” ujar Nico.
Tak hanya itu, Arkora juga menargetkan tercapainya PPA tambahan dalam dua tahun ke depan dengan kapasitas yang lebih besar, sebagai bagian dari rencana jangka menengah mereka untuk memperkuat posisi di sektor energi baru dan terbarukan (EBT).
Proyek Eksisting dan yang Sedang Dibangun
Hingga saat ini, ARKO telah mengoperasikan tiga proyek PLTA yakni Cikopo II, Tomasa, dan Yaentu. Sementara dua proyek lainnya, yakni Kukusan 2 dan Tomoni, masih dalam tahap konstruksi. Kukusan 2 ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal III-2025, sementara PLTA Tomoni dijadwalkan menyusul pada 2026.
Langkah agresif ini mencerminkan komitmen Arkora dalam menciptakan pasokan energi bersih yang berkelanjutan, serta memperluas kontribusi terhadap kebutuhan energi nasional yang berbasis ramah lingkungan.
El Nino Mereda, Laba ARKO Melonjak
Kinerja keuangan ARKO menunjukkan tren positif setelah berakhirnya dampak El Nino pada akhir 2024. Pada kuartal I-2025, perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp 20,9 miliar, meningkat signifikan dari Rp 15,2 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan laba ini ditopang oleh lonjakan penjualan yang naik dari Rp 45,8 miliar menjadi Rp 70 miliar. Menurut Nico, curah hujan yang kembali normal membuat debit air sungai—sumber utama energi PLTA Arkora—meningkat, sehingga produksi listrik pun terdongkrak.
“Kami berharap tren curah hujan yang tinggi ini dapat berlanjut hingga akhir tahun agar produksi listrik tetap maksimal. Ini akan berdampak positif pada pendapatan dan profitabilitas perusahaan,” ujar Nico.
Permintaan Energi Bersih Meningkat
Lebih lanjut, Nico menyampaikan bahwa permintaan terhadap listrik berbasis energi hijau diperkirakan terus meningkat, baik di pasar domestik maupun global. Tren ini didorong oleh perkembangan tiga sektor utama: industri pendingin (seperti AC), elektrifikasi kendaraan dan transportasi, serta pusat data (data center) yang berkembang pesat seiring kemajuan teknologi seperti artificial intelligence (AI) dan augmented reality (AR).
“Energi bersih kini menjadi kebutuhan mendesak, tidak hanya sebagai solusi lingkungan, tetapi juga sebagai penopang utama pertumbuhan berbagai sektor ekonomi digital,” tutup Nico.