Sejumlah negara di kawasan Asia tengah berupaya meningkatkan volume impor minyak dan gas dari Amerika Serikat (AS) sebagai langkah strategis untuk menyeimbangkan neraca perdagangan mereka dengan Washington.
Upaya ini juga bertujuan mengurangi potensi tekanan tarif dari pemerintahan Presiden Donald Trump, yang dikenal agresif dalam menerapkan kebijakan perdagangan proteksionis.
Sebagai wilayah dengan posisi surplus perdagangan terhadap AS dan kebutuhan energi yang tinggi, beberapa negara Asia kini memperkuat rencana untuk membeli lebih banyak energi dari Negeri Paman Sam.
Indonesia Siapkan Rencana Impor Energi Bernilai Miliaran Dolar
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa Indonesia akan mengusulkan peningkatan impor minyak mentah dan LPG dari AS dengan total nilai sekitar US$ 10 miliar. Langkah ini menjadi bagian dari strategi negosiasi perdagangan dengan Washington.
Kementerian ESDM sendiri telah menyusun rekomendasi peningkatan kuota impor LPG dan minyak mentah asal AS guna memenuhi target tersebut.
Pakistan Lirik Minyak AS untuk Tekan Defisit Perdagangan
Untuk pertama kalinya, Pakistan mempertimbangkan membeli minyak mentah dari AS sebagai solusi atas defisit neraca dagang yang memicu kenaikan tarif dari pihak AS. Seorang eksekutif dari sektor kilang mengungkapkan bahwa negara tersebut menargetkan pembelian senilai sekitar US$ 1 miliar, setara dengan nilai impor energi mereka saat ini.
India Evaluasi Insentif Bea Masuk untuk LNG Amerika
India tengah mengkaji opsi penghapusan bea masuk terhadap LNG asal Amerika untuk meningkatkan impor dan menekan surplus perdagangan. Pemerintah juga mempertimbangkan langkah serupa untuk etana dan LPG dari AS.
GAIL India Ltd, perusahaan importir LNG terbesar di India, bahkan telah membuka peluang investasi dengan mencari saham hingga 26% dalam proyek LNG AS yang disertai kontrak pasokan gas selama 15 tahun.
Thailand Fokuskan Impor Jangka Panjang dari AS
Thailand mengumumkan rencana ambisius untuk meningkatkan impor LNG dan etana dari Amerika Serikat dalam lima tahun mendatang. Selain komitmen awal impor 1 juta ton LNG per tahun mulai 2026 senilai US$ 500 juta, Bangkok kini menjajaki kontrak tambahan untuk jumlah yang sama dalam periode lima tahun.
Pemerintah Thailand juga menargetkan impor etana sebesar 400.000 ton dari AS senilai sekitar US$ 100 juta dalam empat tahun ke depan.
Proyek Raksasa LNG Alaska Tarik Minat Asia Timur
Presiden Trump juga mendorong negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan untuk berpartisipasi dalam proyek ekspor LNG senilai US$ 44 miliar di Alaska. Proyek ini akan memanfaatkan jaringan pipa sepanjang 1.300 kilometer untuk menyalurkan gas dari Alaska bagian utara ke wilayah ekspor, tanpa melalui Terusan Panama.
Pada Maret lalu, delegasi dari Alaska telah mengunjungi Jepang untuk mempromosikan peluang investasi. Mitsubishi Corporation menunjukkan minat awal namun masih menunggu hasil kajian mendalam.
Korea Selatan juga tengah merencanakan kunjungan teknis ke Alaska, sementara Taiwan melalui CPC Corp telah lebih dulu menandatangani perjanjian pembelian LNG sekaligus komitmen investasi di proyek ini.